Hati-Hati Ma, Stres Saat Hamil Bisa Bahaya bagi Kesehatan Janin
Stres saat hamil dapat memicu perkembangan otak bayi
26 Januari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak dapat dipungkiri jika stres dapat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Stres bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari lingkungan, tubuh atau bahkan pikiran sendiri.
Jika pada seseorang stres cenderung menyerang kondisi fisik, mental, dan emosional saja, sementara stres yang dialami oleh ibu hamil juga bisa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Dilansir dari laman DevDiscourse, stres, kegelisahan, dan depresi saat kehamilan dapat menyebabkan gangguan perkembangan di daerah otak utama sebelum bayi dilahirkan. Selain itu, kondisi stres pada kehamilan juga memicu bayi menderita penyakit jantung bawaan dan lain-lain.
Jika Mama sedang dalam masa kehamilan, penting untuk memerhatikan kondisi kesehatan sehingga terhindar dari stres yang dapat membahayakan bayi dalam kandungan.
Maka, berikut Popmama.com berikan beberapa penyebab, dampak yang harus diwaspadai, dan cara pencegahan stres pada ibu hamil yang dirangkum dari beragam sumber:
1. Penyebab stres saat kehamilan
Sebelum mengetahui dampak dan cara mengatasi stres, Mama perlu mengetahui beberapa penyebab yang mungkin menjadi pemicu munculnya stres.
Namun, biasanya stres muncul akibat Mama terlalu memikirkan sesuatu atau rasa takut berlebihan tentang kehamilan, seperti takut akan keguguran, takut akan persalinan, takut merawat bayi, hingga perubahan suasana hati karena merasa tertekan.
Selain faktor dari dalam diri, Mama juga bisa mengalami stres dari pengaruh lingkungan luar. Misalnya, tekanan finansial atau pekerjaan, pengaruh pasangan atau keluarga dekat.
Jika beberapa hal tersebut dialami secara bersamaan, kemungkinan Mama mengalami stres akan berisiko lebih besar.
Kondisi stres saat kehamilan ini dapat dikenali dengan berbagai tanda, mulai dari sakit kepala, masalah tidur, perubahan napas dan denyut nadi yang lebih cepat, dan perubahan emosional yang cukup signifikan.
2. Stres sebabkan perkembangan otak janin
Stres pada kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin. Dalam hal ini misalnya hippocampus bagian kiri pada otak menjadi lebih kecil, lobus serebelar kiri pada otak juga rentan terhambat pertumbuhannya.
Hippocampus merupakan kunci untuk memori dan pembelajaran, sementara otak kecil mengendalikan koordinasi motorik dan berperan dalam perkembangan sosial dan perilaku.
Hippocampus ini menjadi struktur dalam otak yang sangat sensitif terhadap stres sehingga rentan terganggu pertumbuhannya.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh bayi dan emosionalnya juga dapat terpengaruh jika Mama mengalami stres saat kehamilan. Anak mungkin akan tubuh dengan perasaan cemas berlebih dan sulit fokus.
Editors' Pick
3. Sebabkan penyakit jantung bawaan
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 65% dari 48 ibu hamil yang mengalami stres dapat menyebabkan penyakit jantung pada bayi yang dilahirkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat skrining tervalidasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Anak-anak dari ibu yang mengalami stres selama masa kehamilan juga rentan terhadap penyakit asma dan alergi selama masa kanak-kanak, serta tingat rawat inap yang lebih tinggi untuk penyakit menular seperti penyaki pernapasan dan gastroenteritis.
Selain itu, ibu hamil yang stres juga dapat mengganggu aliran nutrisi sehingga janin bisa terhambat asupannya.
Perubahan emosi atau organ tubuh yang dipicu oleh stres juga berbahaya bagi kelangsungan perkembangan janin pada kandungan.
4. Kelahiran prematur dengan berat bayi rendah
Stres yang berlangsung terus-menerus pada kehamilan dapat mengubah sistem manajemen tubuh yang menyebabkan reaksi berlebihan sehingga terjadi peradangan. Peradangan dikaitkan dengan kondisi kesehatan kehamilan.
Tingkat stres yang tinggi pada perempuan hamil dapat memicu kelahiran yang lebih awal dengan berat badan bayi yang rendah.
Hal tersebut dapat terjadi karena stres dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah jangka pendek sehingga berisiko cukup besar terjadinya kelahiran lebih awal.
Bayi yang prematur ini cenderung akan mengalami keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Ketika dewasa nanti pun anak akan rentan terkena masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
5. Memicu preeklampsia
Stres menjadi salah satu pemicu terjadinya lonjakan tekanan darah. Pengaruh tekanan darah ini lah yang menjadi sebab munculnya preeklampsia. Hal ini karena adanya perubahan emosional sehingga Mama cenderung sensitif serta mudah marah dan tekanan darah meningkat.
Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam urin, dan pembengkakan pada tungkai (edema).
Sedangkan tanda-tanda yang mudah dikenali dari preeklampsia adalah munculnya pembengkakan pada kaki dan tangan, nyeri perut bagian ata, nyeri kepala yang parah, rasa mual dan muntah, serta penglihatan yang kabur.
Baca juga: Wajib Tahu! Ini 5 Tanda Preeklampsia yang Sering Terlewatkan Ibu Hamil
Preeklampsia cenderung terjadi pada ibu hamil, terutama jika Mama baru pertama kali kehamilan.
Preeklampsia dapat menyebabkan plasenta tidak mendapatkan aliran darah yang cukup yang seharusnya didistribusikan ke janin. Hal ini dapat memicu berbagai masalah pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
6. Stres sebabkan keguguran
Dikutip dari laman Healthline, ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa perempuan yang terpapar stres saat kehamilan 2 kali lebih mungkin mengalami keguguran.
Penelitian ini juga menemukan hubungan antara stres di tempat kerja dengan keguguran. Jika Mama merupakan perempuan berkarier dan sedang hamil, sebaiknya sesuaikan beban kerja dengan kondisi kehamilan saat ini sehingga dapat terhindar dari stres.
Hal ini karena stres memicu otak melepaskan beberapa hormon, salah satunya hormon yang disebut Corticotropin Releasing Hormone (CRH).
CRH merupakan hormon yang dikeluarkan otak sebagai reaksi terhadap stres fisik dan emosional, dan juga diproduksi pada plasenta serta rahim perempuan hamil sehingga memicu kontraksi. Kadar CRH yang tinggi ini pun menjadi salah satu pemicu terjadinya keguguran
7. Cara mengurangi stres saat hamil
Terdapat beberapa cara yang dapat Mama lakukan untuk mengatasi stres saat kehamilan. Misalnya, dengan cara berikut:
- Mengajak orang terdekat atau terpercaya untuk berbagi cerita,
- melakukan kegiatan meditasi sehingga mendapat suasana yang tenang dan terhindar dari pikiran negatif,
- melakukan aktivitas yang Mama sukai.
- Mama juga perlu memerhatikan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi mengandung gizi yang seimbang.
- Minumlah banyak air putih dan jangan terlalu banyak mengonsumsi gula.
Jika dirasa stres sudah cukup parah dan sulit diatasi, Mama bisa berkonsultasi dengan dokter untuk pertolongan lebih lanjut. Usahakan untuk memiliki pikiran dan kegiatan yang positif agar dapat terhindar dari stres ya, Ma.
Bacajuga:
- Manajemen Stres Ibu Hamil, Simak 5 Tips Ini
- Stres dan Komplikasi Saat Hamil Sebabkan Skizofrenia pada Anak?
- Ibu Hamil Harus Tahu! 11 Tanda-Tanda Janin Stres