Begini Cara Bedakan Kontraksi Palsu dan Kontraksi Tanda Persalinan
Penting bagi Mama untuk mengenali kontraksi sesungguhnya
12 Desember 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di akhir trimester ketiga, berbagai hal jelang hari persalinan akan terasa semakin nyata. Salah satunya kontraksi.
Perlu Mama ketahui, setiap kali kontraksi datang, belum tentu itu menjadi tanda sebenarnya Mama akan melahirkan. Ya, ada kontraksi palsu yang juga bisa Mama rasakan.
Kebanyakan ibu hamil keliru mengira kontraksi palsu ini adalah kontraksi nyata yang menjadi penanda waktunya persalinan. Padahal mungkin sebenarnya waktu tersebut belum datang.
Oleh sebab itu, Mama harus bisa membedakan kontraksi sebenarnya dan mana yang kontraksi palsu alias kontraksi Braxton-Hicks. Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai perbedaan kontraksi palsu dan kontraksi tanda persalinan.
1. Apa itu kontraksi palsu?
Kontraksi palsu alias kontraksi Braxton-Hicks adalah rasa kram atau nyeri di bagian bawah perut, seolah-olah Mama sedang mengalami kontraksi yang sebenarnya.
Meskipun kontraksi Braxton-Hicks juga bisa membuka leher rahim seperti pembukaan pada kontaksi sebenarnya, namun jenis kontraksi ini tidak akan berakhir dengan proses persalinan.
Kontraksi Braxton-Hicks mulai bisa Mama rasakan pada trimester ketiga, terutama menjelang hari persalinan. Seringnya kontraksi ini terjadi pada sore atau malam hari, terutama setelah Mama menjalani hari yang aktif.
Waktu dan frekuensi kontraksi palsu umumnya tidak teratur dan tidak bisa diprediksi. Namun kontraksi palsu akan lebih sering terjadi saat hari persalinan mama sudah makin dekat. Jadi, siap-siap ya, Ma!
Editors' Pick
2. Bagaimana proses dari kontraksi yang sebenarnya?
Kontraksi sebenarnya alias real contraction terjadi ketika tubuh mama melepaskan hormon yang disebut oksitosin. Hormon ini kemudian merangsang rahim untuk berkontraksi.
Pada waktu itulah detik-detik jelang persalinan yang sesungguhnya akan Mama hadapi.
Bagi sebagian besar ibu hamil, kontraksi sebenarnya terjadi pada sekitar minggu ke-40. Apabila kontraksi sebenarnya ini muncul sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, maka hal tersebut bisa mengarah pada persalinan prematur.
Kontraksi sebenarnya akan ‘mengencangkan’ bagian atas rahim mama, sehingga bayi terdorong ke bawah jalan lahir dan siap untuk dilahirkan. Selain itu, kontraksi sebenarnya juga akan menipiskan leher rahim mama agar bayi mudah melewatinya.
Perasaan kontraksi yang sebenarnya seringkali digambarkan seperti gelombang. Rasa sakitnya dimulai dari sedikit, sampai terus-menerus meningkat, kemudian akan mereda lagi.
Saat kontraksi sebenarnya terjadi, perut akan terasa kencang dan keras apabila diraba, Ma.
Mama bisa mengatakan sedang benar-benar kontraksi apabila rasa nyeri tersebut terjadi secara teratur, serta apabila jeda antara tiap nyeri tersebut semakin cepat. Rasa nyerinya juga akan lebih intens.
3. Bagaimana cara membedakan kontraksi palsu dan kontraksi sebenarnya?
Ada beberapa tanda vital yang harus Mama pahami untuk membedakan keduanya. Ini penting agar Mama bisa tepat waktu pergi ke rumah sakit jelang persalinan.
Untuk kontraksi palsu, tanda-tanda yang harus Mama waspadai adalah rasa nyerinya datang dan pergi tanpa frekuensi. Selain itu, perhatikan intensitas nyerinya, apakah semakin kuat atau sama saja.
Pada kontraksi palsu, rasa nyerinya tidak akan bertambah, melainkan cenderung sama. Jadi, Mama tidak akan merasakan nyeri yang semakin hebat seiring berjalannya waktu.
Rasa nyeri pada kontraksi palsu umumnya juga akan hilang atau cepat reda apabila Mama mengubah posisi tubuh. Begitu juga jika Mama minum air hangat atau justru mengosongkan kandung kemih, rasa nyerinya akan hilang.
Sementara itu, pada kontraksi persalinan yang sebenarnya, Mama akan merasakan nyeri yang semakin teratur dan semakin pendek jedanya. Rasa nyeri yang dirasakan juga semakin lama semakin kuat.
Rasa nyeri ini biasanya dibarengi dengan munculnya lendir atau flek dari vagina. Mama bisa mulai menggunakan pembalut apabila ini terjadi.
Pada waktu kontraksi sebenarnya ini terjadi, biasanya Mama akan merasa bayi semakin turun ke jalan lahir.
4. Adakah cara untuk meredakan nyeri kontraksi palsu?
Meskipun akan hilang dengan sendirinya, rasa nyeri pada kontraksi palsu juga bisa diatasi dengan cara lain. Sebab sebagian ibu hamil merasa kontraksi palsu ini juga menimbulkan rasa tak nyaman.
Salah satu cara ampuh meredakan nyeri kontraksi palsu adalah dengan mengubah posisi tubuh mama. Cobalah untuk berjalan-jalan, atau duduk apabila sebelumnya Mama sedang berbaring.
Jika nyerinya tak reda, Mama bisa minum segelas teh hangat atau mengonsumsi camilan yang bisa sedikit mengenyangkan.
Apabila kontraksi palsu ini terjadi di rumah, cobalah redakan nyerinya dengan mandi air hangat. Cukup dengan 20-30 menit, tubuh mama akan menjadi lebih rileks dan nyerinya berkurang.
5. Apa yang harus dilakukan jika mengalami kontraksi sebenarnya?
Perhatikan jam apabila Mama sedang mengalami kontraksi sebenarnya, catat durasi setiap nyeri dan jeda waktunya. Apabila sudah teratur, nyerinya makin kuat dan jedanya makin pendek, sebisa mungkin segera ke rumah sakit.
Begitu juga apabila flek dan lendir yang keluar dari vagina sudah semakin banyak. Tak kalah penting, perhatikan apakah ada air yang terasa merembes keluar dari vagina.
Jika ada, kemungkinan itu adalah cairan ketuban, Ma. Segera ke dokter apabila sudah mengalaminya, ya.
Apabila Mama belum yakin apakah itu pertanda kontraksi sebenarnya atau kontraksi palsu, hubungi dokter atau bidan mama.
Jangan ragu untuk mencari informasi dari dokter saat rasa nyeri terjadi ya, Ma. Dengan begitu, Mama bisa segera mendapat bantuan dari dokter atau bidan jika benar kontraksi sebenarnya terjadi.
Nah, itulah informasi mengenai perbedaan kontraksi palsu dan kontraksi tanda persalinan, serta bagaimana cara menghadapinya.
Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- 5 Tanda Bayi dalam Kandungan Belum Ada di Posisi Siap Lahir
- Waspadai Penyebab Keguguran di Usia Kehamilan 7 Bulan
- Hadapi New Normal, Ini Prosedur Pemeriksaan Kehamilan di Rumah Sakit