Ketuban pecah dini adalah pecahnya kantung ketuban sebelum terjadinya proses persalinan.
Saat hamil, janin dalam kandungan mama terlindungi oleh kantung ketuban dan cairan ketuban di dalamnya.
Pada umumnya, ketuban ini akan tetap utuh sampai nantinya akan pecah secara alami saat kontraksi jelang persalinan. Tapi adakalanya ketuban akan pecah sebelum Mama kontraksi.
Bahkan ada pula ketuban yang pecah jauh sebelum waktunya Mama menghadapi persalinan.
Kondisi ini mengakibatkan cairan ketuban bisa merembes ke luar dan sedikit demi sedikit berkurang. Jika tidak segera dilakukan tindakan, kondisi ini bisa membahayakan nyawa si Kecil.
Berikut ini Popmama.commerangkum fakta tentang ketuban pecah dini yang perlu Mama ketahui:
Fakta Ketuban Pecah
Freepik/Onlyyouqj
Seperti disebutkan sebelumnya, pada umumnya ketuban yang melindungi janin akan pecah menjelang waktu persalinan.
Pecahnya ketuban terjadi ketika Mama mulai mengalami kontraksi. Ini berarti pertanda waktunya bayi untuk dilahirkan sudah semakin dekat, Ma.
Namun demikian, ada pula ibu hamil yang ketubannya masih utuh meski sudah kontraksi. Jika demikian, dokter akan secara sengaja memecahkan ketuban demi kelangsungan persalinan.
Editors' Pick
Kenali Definisi Ketuban Pecah Dini
Pexels/Rawpixel.com
Umumnya ketuban akan pecah jelang persalinan. Sekitar 24 jam kemudian setelah ketuban pecah, biasanya bayi akan lahir.
Ketuban pecah dini adalah kondisi saat ketuban pecah sebelum Mama kontraksi atau bahkan sebelum waktunya persalinan. Ya, ketuban bisa saja pecah saat usia kandungan mama belum siap untuk persalinan. Misalnya apabila masih di bawah 36 minggu.
Kondisi tersebut bisa membahayakan nyawa janin karena mengakibatkan berkurangnya cairan ketuban. Padahal cairan ketuban merupakan komponen penting bagi kehidupan janin dalam kandungan.
Penyebab Ketuban Pecah Dini
Pexels/Pixabay
Penyebab ketuban pecah dini sebelum waktu persalinan belum diketahui, tapi ada beberapa faktor risiko yang diyakini memicu ketuban pecah dini.
Beberapa di antaranya yakni cedera fisik pada Mama, misalnya karena kecelakaan atau terjatuh.
Selain itu, faktor risiko lainnya yakni merokok, perdarahan vagina selama masa kehamilan, infeksi, kelainan plasenta, adanya kelainan pada posisi janin, serta tekanan darah tinggi.
Jika Mama mengalami salah satunya, segera konsultasikan ke dokter ya, Ma. Tindakan perawatan yang lebih awal bisa meminimalkan risiko terjadinya ketuban pecah dini.
Komplikasi Ketuban Pecah Dini
Pixabay/Engin_Akyurt
Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering terjadi adalah persalinan prematur.
Saat ketuban pecah dini, bayi biasanya harus dibantu untuk dilahirkan sejak awal untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Ma. Mengapa demikian?
Pada dasarnya, kantung ketuban dan cairan ketuban memiliki fungsi penting untuk melindungi atau menjaga janin dalam kandungan. Ketika kantung tersebut pecah dan cairannya merembes, kuman pun bisa masuk ke dalam rahim dan memicu infeksi.
Jika dibiarkan, infeksi bisa menyerang janin dan menyebabkan sepsis. Sepsis merupakan kondisi serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi, Ma.
Tak cuma itu, ketuban pecah dini juga meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta. Ini terjadi saat sebagian atau seluruh plasenta tertinggal di dalam rahim. Retensi plasenta berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan.
Jangan Tunda Cek ke Dokter
Pexels/Pixabay
Mengingat banyaknya komplikasi serius dari ketuban pecah dini, Mama sebaiknya jangan tunda untuk segera cek ke dokter jika mengalaminya, ya.
Beberapa tanda yang harus Mama waspadai di antaranya keluar cairan bening dari vagina yang tidak bisa dikontrol, demam, nyeri perut bagian bawah, keputihan, dan muncul flek.
Cairan ketuban yang keluar biasanya merembes terus-menerus, dengan tekstur yang agak cair, tidak berbau atau berwarna seperti urine, dan kadang disertai flek darah.
Jika sudah demikian, pastikan kondisi kesehatan mama dan si Kecil dengan dokter, ya.
Itulah fakta mengenai ketuban pecah dini yang harus Mama waspadai. Jangan sampai lengah ya, Ma.