Oksitosin Injeksi sebagai Obat Induksi Persalinan, Aman atau Tidak?
Apa saja yang perlu Mama ketahui tentang oksitosin injeksi?
16 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apabila sudah waktunya persalinan namun kontraksi tak kunjung datang juga, dokter biasanya akan memberikan pilihan untuk dilakukan induksi.
Pada dasarnya, induksi diperlukan apabila kehamilan sudah tidak bisa dilanjutkan kembali. Namun sebelum dilakukan induksi, diperlukan pemeriksaan secara detail terlebih dahulu oleh dokter.
Ada beberapa cara induksi yang bisa dilakukan, di antaranya melalui injeksi obat. Oksitosin injeksi pun menjadi salah satu pilihan dokter.
Berikut informasi lengkap tentang oksitosin injeksi yang perlu Mama ketahui, seperti dirangkum Popmama.com dari berbagai sumber:
1. Apa itu oksitosin injeksi?
Dikutip dari Drugs, oksitosin injeksi adalah salah satu bentuk hormon alami buatan manusia. Hormon ini bekerja dengan membuat rahim berkontraksi dan untuk meningkatkan kekuatan kontraksi rahim.
Obat ini umum digunakan saat proses melahirkan, terutama untuk mempercepat atau setelah melahirkan guna mengontrol perdarahan. Oksitosin injeksi juga bisa digunakan untuk membersihkan rahim setelah proses kuret dan keguguran yang tidak lengkap.
Salah satu merek dagang dari oksitosin injeksi yakni Decatosin, Induxin, Matosin, Patogin, Piton S, Santocyn, Oxipar, Oxyla, Syntocinon dan Tiacinon.
Editors' Pick
2. Peringatan penggunaan oksitosin injeksi
Sebelum mendapatkan obat oksitosin injeksi, Mama perlu menginformasikan beberapa hal kepada dokter. Salah satunya yakni riwayat alergi. Jika Mama memiliki alergi terhadap beberapa jenis obat tertentu, sampaikan pada dokter.
Beberapa riwayat kesehatan tertentu juga perlu disampaikan kepada dokter sebelum Mama diberikan oksitosin injeksi, misalnya apabila Mama punya riwayat infeksi di rahim, persalinan yang sulit karena memiliki panggul kecil, herpes genital, serta kanker serviks.
Riwayat operasi pada leher rahim atau rahim (termasuk operasi caesar), adanya tekanan darah tinggi dan masalah jantung juga menjadi bahan pertimbangan sebelum menggunakan oksitosin injeksi.
3. Cara penggunaan oksitosin injeksi
Cairan oksitosin injeksi digunakan dengan cara disuntikkan ke otot atau diberikan sebagai cairan infus melalui pembuluh darah vena. Biasanya perawat atau bidan yang akan melakukan prosedur ini dan tentunya dalam pengawasan dokter.
Kontraksi dan tanda-tanda vital lainnya akan diawasi dengan ketat saat Mama mendapatkan oksitosin injeksi. Data ini akan membantu dokter menentukan berapa lama Mama perlu mendapatkan terapi dengan oksitosin.
Selain Mama, detak jantung janin juga akan diawasi secara ketat selama pemberian oksitosin. Ini untuk mengetahui apakah ada efek tertentu dari oksitosin injeksi ke tubuh janin.
4. Efek samping oksitosin
Dikutip dari situs resmi Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (PIONAS BPOM), ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian oksitosin injeksi.
Beberapa di antaranya seperti hiperstimulasi uterus (dapat menyebabkan gawat janin, kerusakan jaringan lunak atau ruptur uterus); keracunan cairan dan hiponatremia (biasanya pada dosis besar dengan infus banyak); mual, muntah, masalah pada ritme detak jantung; reaksi anafilaksis; ruam kulit; ablasio plasenta; serta emboli amnion.
Laporkan pada dokter atau bidan jika Mama merasakan ada tanda-tanda reaksi alergi yang muncul, misalnya sulit bernapas; pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan Mama.
Pada beberapa kasus, oksitosin juga dapat menyebabkan efek samping yang serius atau mengancam jiwa pada bayi baru lahir, termasuk detak jantung lambat atau detak jantung abnormal; kejang; masalah mata; atau masalah dengan pernapasan, tonus otot, dan tanda-tanda kesehatan lainnya.
5. Dosis oksitosin injeksi
Untuk pemberian oksitosin injeksi, diperlukan penghitungan dosis yang tepat supaya hasilnya maksimal.
PIONAS BPOM menyebutkan bahwa untuk induksi persalinan pada lemah uterus, diperlukan infus intravena 1-4 miliunit/menit dinaikkan dalam interval tak kurang dari 20 menit sampai dicapai pola persalinan mirip persalinan normal (biasanya kurang dari 10 miliunit/menit untuk persalinan aterm).
Dosis maksimum 20 miliunit, namun sebaiknya tidak menggunakan total lebih dari 5 unit per hari (pengulangan pada hari berikutnya mulai lagi dengan 1-4 miliunit/menit).
Monitor denyut jantung janin dan kuatnya kontraksi penting dipantau ketat untuk menyesuaikan dosis dengan respons klinik. Bila ada gawat janin atau hipereaksi uterus, infus harus segera dihentikan.
Demikian informasi tentang oksitosin injeksi yang perlu diketahui oleh Mama dan Papa. Jangan ragu untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter apabila diputuskan akan dilakukan tindakan induksi, Ma.