Dalam beberapa kasus, keguguran seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Namun nyatanya, ada beberapa hal yang disebut-sebut bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran.
Disampaikan oleh pakar kebidanan dan kandungan St. Vincent Fishers Hospital di Indiana, Elizabeth Nowacki, hal tersebut adalah faktor genetik.
Selain itu, gaya hidup dan perilaku calon Mama juga bisa turut memengaruhi.
Dari segi faktor genetik, Nowacki menyebutkan bahwa gen memiliki peran penting dapat proses pembentukan embrio.
Nah, seringkali bisa terjadi kesalahan atau permasalahan dalam proses pembentukan ini.
Akibatnya, keguguran pun mungkin terjadi, terutama pada masa-masa awal kehamilan.
Yuk Ma, pelajari lebih dalam lagi tentang apa saja yang bisa memicu keguguran pada ibu hamil:
1. Kelainan kromosom
Freepik
Menurut Nowacki, salah satu penyebab paling sering terjadinya keguguran adalah masalah pada kromosom di sel telur ataupun sperma pada fase pembentukan embrio.
Masalah kromosom bisa memicu kelainan bawaan seperti sindrom Down, tapi selain itu bisa juga membuat perkembangan embrio terhenti alias tidak berlanjut.
Kasus keguguran yang disebabkan oleh kelainan kromosom biasanya lebih banyak dialami pada perempuan yang hamil di usia 35 tahun ke atas.
Stephanie Zobel, MD dari Winnie Palmer Hospital, AS, menjelaskan bahwa usia calon Mama memegang peranan penting karena berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sel telurnya.
2. Gangguan tiroid
Pixabay/Hioahelsefag
Permasalahan pada tiroid, baik hipotiroid maupun hipertiroid, sama-sama dapat menyebabkan masalah dengan infertilitas atau menyebabkan keguguran berulang.
Saat fungsi tiroid perempuan terlalu rendah, maka tubuh tubuh akan melakukan kompensasi dengan memproduksi hormon yang dapat menekan ovulasi.
Sebaliknya, saat kelenjar tiroid terlalu aktif alias memproduksi terlalu banyak hormon tiroid, maka kemampuan estrogen untuk menjalankan tugasnya akan menurun.
Akibatnya, rahim sulit melakukan proses implantasi dan berisiko menyebabkan perdarahan abnormal pada rahim.
Editors' Pick
3. Diabetes
Pexels/Pixabay
Zobel menjelaskan, diabetes pada perempuan juga bisa menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko keguguran.
Untuk mengatasi masalah ini, Mama perlu berkonsultasi dengan dokter guna mengoptimalkan kontrol gula darah.
"Gangguan medis yang kronis termasuk diabetes, hipotiroidisme, hipertensi dan penyakit autoimun perlu ditangani dan dikendalikan dengan baik sebelum kehamilan,” pesan Zobel.
4. Gaya hidup
Pexels/Maria Pop
Perhatikan dengan benar bagaimana Mama menerapkan gaya hidup saat sedang program hamil maupun pada masa kehamilan awal.
Beberapa kebiasaan gaya hidup, seperti penyalahgunaan obat-obatan, konsumsi alkohol, dan merokok ditemukan sebagai salah satu penyebab keguguran.
Kebanyakan perempuan tidak menyadari dirinya sedang hamil sehingga kerap melanjutkan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat tersebut. Jadi, saat Mama sudah berencana ingin program hamil sebaiknya segera hentikan gaya hidup tersebut, ya.
Persiapkan kehamilan dengan diet sehat dan rutin berolahraga, Ma. Jangan konsumsi rutin vitamin prenatal.
5. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Freepik/Onlyyouqj
Pakar kebidanan dan kandungan sekaligus penulis buku ‘Preventing Misccariage: The Good News’, Jonathan Scher, MD, menyebutkan bahwa PCOS merupakan salah satu pemicu keguguran yang harus diwaspadai.
Perempuan dengan PCOS memiliki masalah pada keseimbangan hormonnya, yang kemudian bisa menyebabkan fase ovulasi dan haidnya jadi tidak teratur.
Jika Mama memiliki masalah pada ketidakteraturan jadwal haid, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter segera agar tidak menimbulkan masalah saat Mama hamil.
Beberapa obat tertentu diyakini bisa membantu meminimalkan risiko keguguran pada perempuan dengan PCOS. Yuk, cek ke dokter, Ma!
6. Infeksi bakteri
Freepik
Ada beberapa jenis mikroorganisme yang hidup di organ reproduksi, tanpa memberikan pengaruh negatif. Namun ada juga yang justru bisa memicu masalah, termasuk risiko keguguran.
Misalnya yakni bakteri jenis mycoplasma hominis dan ureaplasma urealyticum. Bakteri-bakteri ini hidup di saluran organ reproduksi.
Infeksi akibat bakteri ini dapat merusak endometrium (lapisan rahim), sehingga menghambat proses perkembangan embrio.
Scher menuturkan masalah infeksi bakteri ini seringkali tidak menunjukkan gejala tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter untuk mendiagnosis.
7. Gangguan imunologis
Pexels/Freestocks.org
Pada perempuan dengan gangguan imunologis, sperma seringkali dianggap sebagai objek asing, sehingga proses pembuahan pun sulit terjadi.
Namun demikian, pada beberapa kasus pembuahan bisa tetap terjadi dan kehamilan berlanjut. Namun nantinya, seringkali embrio yang sudah jadi justru tidak diterima oleh tubuh dan diserang oleh antibodi dan terjadilah keguguran.
Untuk masalah ini, Scher menyebut belum banyak penelitian yang memadai. Pastikan kondisi Mama dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, ya.