7 Penyebab Preeklampsia saat Hamil yang Perlu Diwaspadai sejak Dini
Jika terlambat dideteksi dan ditangani, preeklampsia bisa membahayakan nyawa mama dan janin
19 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keracunan kehamilan atau yang akrab disebut dengan preeklampsia merupakan salah satu kondisi dalam kehamilan yang tidak bisa dianggap enteng. Hal ini bahkan berisiko dialami oleh setiap ibu hamil.
Jika tidak segera dideteksi sejak awal, keracunan kehamilan bisa membahayakan nyawa janin dan juga Mama. Preeklampsia biasanya mulai menyerang ibu hamil sejak usia kehamilan 20 minggu ke atas.
Gejala preeklampsia pada tiap perempuan berbeda-beda. Namun tanda umum yang paling mudah terlihat adalah adanya proteinuria (protein tinggi pada urine) dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Nah, apa saja yang bisa menjadi penyebab terjadinya preeklampsia saat hamil? Berikut Popmama.com rangkum informasinya untuk Mama:
1. Plasenta tidak berkembang dengan baik
Selama tahap awal kehamilan, pembuluh darah khusus yang bertugas mengantarkan nutrisi ke dalam rahim akan bertumbuh melebar menjadi plasenta. Ketika pembuluh darah ini tidak sepenuhnya berkembang, maka plasenta pun tidak bisa berkembang dengan baik.
Hal ini karena tidak cukupnya asupan nutrisi yang didapat oleh plasenta. Kondisi ini juga bisa menyebabkan terjadinya preeklampsia.
Meski belum diketahui secara pasti apa penyebab pembuluh darah dan plasenta tidak berkembang dengan baik, namun kemungkinan salah satunya adalah karena faktor genetik.
2. Adanya riwayat keluarga
Seperti disebutkan sebelumnya, genetik memegang peranan penting dalam risiko seorang ibu hamil mengalami preeklampsia
Apabila Mama punya anggota keluarga yang dulunya pernah mengalami preeklampsia, misalnya ibu atau saudara perempuan Mama, maka risiko Mama untuk juga mengalaminya akan menjadi semakin besar.
Pun demikian jika pada kehamilan pertama Mama pernah mengalami preeklampsia, berikutnya di kehamilan anak kedua Mama juga berisiko kembali mengalami kondisi tersebut.
Editors' Pick
3. Usia kehamilan di atas 35 tahun
Usia Mama saat hamil juga turut berperan pada faktor risiko preeklampsia. Dilansir Mayo Clinic, apabila seorang perempuan hamil dengan usia di atas 35 tahun maka lebih besar pula risikonya mengalami preeklampsia.
Namun masih belum diketahui dengan pasti apa sebenarnya yang menyebabkan faktor usia ibu juga berperan dalam menyebabkan preeklampsia. Diduga kuat hal ini karena faktor kualitas dan kuantitas sel telur yang kian menurun seiring pertambahan usia perempuan.
4. Faktor gaya hidup yang tidak sehat
Tekanan darah menjadi salah satu hal yang berkaitan dengan preeklampsia. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi pun dikhawatirkan bisa menjadi penyebab preeklampsia.
Termasuk di antaranya adalah gaya hidup pasif atau jarang olahraga dan hobi mengonsumsi makanan cepat saji. Beberapa pola makan yang diketahui bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi yakni makan garam berlebihan, kurang minum air putih, makan gorengan dan terlalu sering minum minuman beralkohol.
5. Kegemukan
Perhatikan juga berat badan Mama sebelum dan saat hamil, ya. Kondisi ini juga turut berperan pada risiko preeklampsia.
Obesitas yang terjadi saat indeks massa tubuh berada di atas 25 atau lebih, juga turut meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
Meski belum jelas apa kaitan antara kegemukan dan preeklampsia, namun kegemukan diduga dapat meningkatkan tekanan darah yang menjadi penyebab preeklampsia.
6. Hamil janin kembar
Kehamilan dengan janin kembar juga menjadi salah satu penyebab preeklampsia yang mungkin terjadi. Hal ini karena saat hamil kembar, tubuh Mama biasanya akan melakukan penyesuaian yang lebih kompleks dibandingkan jika hamil janin tunggal.
Jika pada kehamilan janin tunggal preeklampsia biasanya terjadi pada usia di atas 20 minggu, maka pada kehamilan janin kembar kondisi ini mungkin bisa terjadi lebih awal.
Preeklampsia dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada ginjal dan hati, serta dapat meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari.
7. Adanya penyakit-penyakit tertentu
Beberapa jenis penyakit tertentu juga diketahui bisa menjadi penyebab preeklampsia, salah satunya seperti sindrom antifosfolipid atau antiphospolipid syndrome (APS), atau yang disebut juga sindrom Hughes. Sindrom ini adalah gangguan autoimun yang menyebabkan darah jadi mudah membeku dan menggumpal. Kondisi ini biasanya disebut juga sebagai penyakit darah kental.
Pada sindrom antifosfolipid, sistem imun menghasilkan antibodi yang menjadikan darah lebih kental dibanding kondisi normal, sehingga dapat berisiko menimbulkan gumpalan darah di pembuluh darah arteri maupun vena. Gumpalan darah yang terbentuk ini dapat mengakibatkan pengidap sindrom antifosfolipif mengalami preeklampsia.
Oleh sebab itu, jangan anggap enteng pentingnya rutin berkonsultasi dengan dokter dan mencari tahu seperti apa riwayat kesehatan di keluarga Mama, ya.
Itulah tujuh penyebab terjadinya preeklampsia saat hamil. Mama sebaiknya berkonsultasi ke dokter bila memiliki satu atau lebih dari faktor penyebab di atas.
Baca juga:
- Wajib Tahu! Ini 5 Tanda Preeklampsia yang Sering Terlewatkan Ibu Hamil
- Kendalikan Pola Hidup Sehat, 5 Cara Mencegah Preeklampsia Saat Hamil
- Apakah Asam Folat Benar-Benar Bisa Mencegah Preeklampsia?