4 Jenis Kontraksi yang Akan Dihadapi Saat Persalinan
Apakah kontraksi selalu menandakan bahwa waktu persalinan sudah dekat?
2 Oktober 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kontraksi seringkali diidentikkan oleh perempuan hamil sebagai tanda semakin dekatnya proses persalinan. Padahal, kondisi ini tidak hanya dialami pada trimester akhir kehamilan saja.
Pada saat hamil, dinding rahim yang membesar seiring dengan pertumbuhan janin sangat peka terhadap gerakan dan sentuhan. Bukan hal yang mustahil apabila gerakan tiba-tiba atau benturan keras pada perut perempuan dapat menyebabkan kontraksi.
Begitu pula dengan gerakan janin yang semakin kuat seiring dengan pertumbuhannya, hal tersebut juga bisa menimbulkan kontraksi meskipun due date persalinan masih lama.
Itulah sebabnya sangat penting bagi calon Mama untuk memahami macam-macam kontraksi yang ada. Pada dasarnya setiap kontraksi menimbulkan sensasi rasa yang sama, perut yang tiba-tiba terasa kencang dari bagian tengah ke arah bawah selama beberapa detik atau menit.
Namun, tidak semua kontraksi berujung pada persalinan. Kontraksi bahkan dapat terjadi di trimester pertama kehamilan.
Seperti apa perbedaannya? Simak penjelasan Popmama.com mengenai macam-macam kontraksi berikut ini.
1. Kontraksi dini
Jenis kontraksi ini pada umumnya terjadi pada trimester awal kehamilan, dimana tubuh masih beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi. Jenis kontraksi ini disebabkan meregangnya jaringan ikat di sekitar rahim yang umumnya diiringi dengan perut kembung, sembelit dan kekurangan cairan.
Jangan khawatir, Ma, kontraksi ini normal terjadi di awal kehamilan dan tidak membahayakan janin. Namun, jika kontraksi terus menerus terjadi yang diikuti oleh beberapa tanda seperti adanya flek darah, maka Mama harus segera memeriksakan kandungannya ke dokter.
Editors' Pick
2. Kontraksi saat berhubungan seks
Mama pasti pernah mendengar anjuran para orangtua tentang larangan berhubungan seks di awal-awal kehamilan bukan? Ya, sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya salah.
Pasalnya, pada sperma laki-laki mengandung hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi yang dikhawatirkan berujung pada abortus atau keguguran.
Meski demikian, berhubungan seks tetap boleh dilakukan selama laki-laki memakai kondom dan melakukan gerakan seks secara perlahan.
Baca juga: 5 Hal yang Suami Inginkan dari Istri Saat Berhubungan Seks
Baca juga: Berapa Lama Setelah Berhubungan Seks Terjadi Kehamilan?