Pre-eklampsia, Gangguan Paling Berbahaya yang Menghantui Ibu Hamil
Waspada dengan gangguan yang satu ini, Ma!
2 Juni 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti pernah dengar tentang pre-eklampsia? Yup. Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang melibatkan hipertensi atau tekanan darah tinggi yang diikuti dengan gejala lain, seperti adanya protein dalam urin.
Preeklampsia adalah salah satu gangguan hipertensi pada kehamilan yang bisa menjadi kondisi yang sangat serius karena bisa mengancam keselamatan ibu hamil dan bayi yang ada di dalam kandungan.
Jika Mama memiliki tekanan darah tinggi selama hamil terutama jika sangat tiba-tiba, maka perlu diwaspadai. Dokter biasanya akan mencari tahu apakah ada kemungkinan risiko pre-eklampsia yang Mama alami. Karena itu, penting bagi kita semua untuk memantau tekanan darah selama hamil.
Apa Penyebab Preeklampsia?
Dokter belum bisa memastikan apa penyebab preeklampsia sebenarnya. Tetapi, pembentukan dan implantasi plasenta tampaknya disebut ikut berperan, tetapi ini tidak selalu terjadi. Ada banyak perempuan dengan plasenta yang terbentuk secara normal tetapi mengalami gangguan pada kehamilannya. Di sisi lain, banyak juga perempuan dengan plasenta yang terbentuk secara abnormal tetapi mereka memiliki kehamilan yang sehat.
Meskipun dokter tidak bisa menentukan penyebab preeklampsia secara pasti, namun diketahui ada perempuan tertentu yang memiliki faktor risiko lebih besar daripada yang lain. Faktor risiko tersebut meliputi:
- Kehamilan pertama
- Kehamilan pada usia remaja
- Kegemukan (obesitas)
- Riwayat hipertensi atau mengalami hipertensi yang sudah kronis saat hamil
- Diabetes
- Kehamilan kembar
- Riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya
- Kehamilan di usia lanjut
- Kehamilan donor sel telur
Karena faktor-faktor risikonya sangat luas, dokter biasanya menguji ada tidaknya tanda-tanda preklampsia pada setiap perempuan yang hamil dengan mengukur tekanan darah dan memeriksa ada atau tidaknya kadar protein dalam urin. Biasanya, tes akan dilakukan pada setiap jadwal konsultasi kehamilan.
Editors' Pick
Gejala Preeklampsia yang Dirasakan Ibu Hamil
Preeklampsia adalah penyakit yang membahayakan, bahkan bisa berisiko kematian pada ibu dan bayi. Dalam kasus preeklampsia yang awalnya ringan sekalipun, bisa berkembang menjadi sangat serius dengan cepat. Jika Mama didiagnosis preeklampsia, bahkan jika hanya mengalami sedikit gejala ringan, Mama harus lebih rutin mengunjungi dokter.
Gejala pertama yang banyak dialami adalah peningkatan tekanan darah. Pada perempuan hamil, tekanan darah biasanya memang akan turun selama trimester pertama, mencapai titik rendah sekitar usia kehamilan 22-24 minggu, kemudian secara bertahap akan meningkat. Namun pada perempuan dengan preeklamsia, tekanan darah meningkat lebih dari biasanya selama masa akhir kehamilan.
Karena preeklampsia mempengaruhi banyak sistem organ dalam tubuh, peningkatan tekanan darah hanyalah salah satu dari banyak gejala yang mungkin timbul. Gejala preeklampsia lainnya termasuk peningkatan protein dalam urin dan pembengkakan pada kaki secara umum.
Pada beberapa perempuan, preeklampsia bisa menjadi sangat parah. Tanda-tanda kondisi preeklampsia memburuk berikut harus segera dilaporkan ke dokter. Waspada jika Mama mengalami ini:
- Jumlah keluarnya urin berkurang
- Bermasalah dengan penglihatan
- Sakit perut hebat
- Sakit kepala
- Mual / muntah
- Kejang
Preeklampsia berat yang tidak ditangani dapat menyebabkan eklampsia (gangguan kejang). Komplikasi tersebut sangat serius dan dapat menyebabkan kematian.
Bagaimana Preeklampsia Mempengaruhi Bayi?
Preeklampsia bisa menyebabkan sejumlah gangguan pada bayi, diantaranya mengurangi jumlah darah yang mengalir melalui plasenta. Karena plasenta adalah satu-satunya sumber nutrisi janin, hal ini tentu bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan bayi yang disebut intrauterine growth restriction (IUGR), yaitu kondisi dimana janin lebih kecil dari ukuran seharusnya.
Jika bayi tidak tumbuh dengan baik atau jika preeklampsia sudah membahayakan nyawa ibu, dokter akan memutuskan untuk dilakukan persalinan prematur sebagai tindakan paling aman.
Preeklampsia biasanya terjadi menjelang akhir kehamilan, ketika usia bayi sudah hampir cukup untuk dilahirkan. Jadi jika dilahirkan secara prematur pun, kemungkinan hanya akan memiliki risiko prematur yang ringan. Dalam beberapa kasus, bayi harus dilahirkan lebih awal dan mungkin memiliki masalah kesehatan yang lebih serius, terutama sebelum usia kehamilan 23 hingga 24 minggu.
Pengobatan dan Pencegahan Preeklampsia
Perlu diketahui, obat yang diberikan oleh dokter hanya bisa mengurangi gejala preeklampsia, tetapi tidak menyembuhkan. Satu-satunya obat untuk preeklampsia adalah melahirkan bayi. Setelah bayi dan plasenta dilahirkan, Mama akan pulih. Pemulihan mungkin tidak berlangsung cepat, biasanya Mama perlu dipantau di rumah sakit selama beberapa hari atau bahkan hitungan minggu sampai pulih sepenuhnya.
Sayangnya, tidak ada cara untuk mencegah 100% kasus preeklampsia. Namun menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko. Olahraga teratur, konsumsi lebih banyak sayuran, dan kurangi makanan olahan telah terbukti mengurangi risiko gangguan pada beberapa perempuan hamil. Olahraga dan diet yang sehat juga dapat membantu mengendalikan obesitas, hipertensi kronis, dan diabetes, yang semuanya merupakan faktor risiko preeklampsia. Selain itu, rutin memantau berat badan dan tekanan darah selama hamil juga dinilai bisa mengurangi risiko.