Tes Darah Ini Bisa Deteksi Risiko Kelahiran Prematur pada Ibu Hamil
Temuan baru ini bisa deteksi risiko kelahiran prematur, lho Ma
17 Juni 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berbagai kemudahan bisa kita dapat dengan memanfaatkan teknologi. Beruntungnya kita hidup di zaman modern yang perkembangan teknologinya begitu pesat, termasuk di bidang kesehatan.
Baru-baru ini, telah dikembangkan sebuah tes darah baru yang bisa memprediksi risiko persalinan prematur pada perempuan yang sedang hamil. Tes ini diduga memiliki tingkat keakuratan hingga 80 persen.
Tes yang diteliti di Stanford University California itu juga digunakan untuk memperkirakan tanggal due date yang tak kalah akurat seperti tes USG, tetapi dengan biaya yang lebih rendah.
Editors' Pick
Manfaat Memprediksi Risiko Kelahiran Prematur
Bayi prematur berisiko lebih besar mengalami masalah pernapasan, masalah makan dan lebih rentan terkena infeksi. Jumlah kelahiran prematur ini pun diperkirakan akan terus meningkat.
Para peneliti berharap terobosan baru ini dapat secara akurat memprediksi tanggal kelahiran dan mendeteksi risiko prematur, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan untuk menangani atau menurunkan risikonya.
Kelahiran prematur biasanya terjadi setidaknya tiga minggu lebih awal dari waktu kelahiran yang seharusnya. Di banyak negara, ini menjadi masalah kematian bayi terbesar. Pada 2015, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah menyumbang sekitar 17 persen angka kematian bayi.
Sebelum teknik baru ini hadir, sejumlah tes hanya memprediksi kelahiran prematur pada perempuan yang berisiko tinggi saja, seperti perempuan yang hamil melalui program IVF atau bayi tabung, perempuan dengan beberapa riwayat keguguran atau sudah pernah melahirkan secara prematur. Namun, tes-tes tersebut hanya terbukti benar sekitar 20 persen saja.
Bagaimana Tes Ini Bekerja?
Tes darah ini mengamati gen dalam sampel darah ibu hamil dan mengukur tingkat RNA, yang membawa instruksi dari DNA ke bagian tubuh yang membuat protein.
Dari sana, para ilmuwan mengidentifikasi gen mana yang memberikan sinyal yang menandakan risiko kelahiran prematur dan usia kehamilan, atau sejauh mana kondisi kehamilan itu.
Untuk mengetahui bagaimana menentukan kelahiran prematur, para peneliti menggunakan sampel darah dari 38 perempuan di Amerika Serikat yang berisiko, 13 di antaranya melahirkan prematur dan sisanya melahirkan sesuai dengan usia kehamilannya.
Perempuan yang dianggap berisiko biasanya mereka akan mengalami kontraksi dini atau sebelumnya pernah melahirkan bayi prematur. Satu sampel darah diambil dari setiap perempuan selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.
Para ilmuwan menemukan bahwa tingkat RNA dari tujuh gen dan plasenta dapat memprediksi kehamilan mana yang akan melahirkan lebih awal.
Sedangkan untuk memprediksi usia kehamilan, para ilmuwan menggunakan sampel darah dari 21 perempuan asal Denmark yang sedang hamil untuk mengidentifikasi RNA yang dihasilkan oleh plasenta yang memprediksi usia kehamilan.
Perkiraan tingkat keakuratan tes ini sekitar 45 persen, lebih rendah dibandingkan dengan akurasi 48 persen dari tes USG di trimester pertama.
Tes ini bisa dijadikan alat yang lebih baik untuk membantu pemeriksaan ibu hamil. Mengingat, USG masih tergolong mahal.