Pantangan Minum Air Es untuk Ibu Hamil Tua, Mitos atau Fakta?
Benar nggak sih Ma kalau ibu hamil dilarang minum air es?
14 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cuaca di negara tropis seperti di Indonesia ini memang membuat banyak orang jadi suka banget sama yang namanya minuman dingin. Nah, yang paling mudah didapat adalah air es.
Air putih dingin yang ditambahkan es batu memang terasa menyegarkan saat mengalir ke dalam tenggorokan.
Kabarnya, air es menjadi salah satu pantangan bagi orang yang sedang hamil tua. Wah, bagaimana nih? Kira-kira mitos atau fakta ya?
Di bawah ini Popmama.com akan menyampaikan informasi lengkap mengenai konsumsi air es bagi ibu hamil.
Kenapa Ada Anggapan Ibu Hamil Tua Pantang Minum Es?
Pantangan minum air es bagi ibu hamil ini dahulu muncul karena masyarakat awam khawatir janin akan terlalu besar dan mengembang karena efek air dingin. Sehingga ditakutkan akan sulit dilahirkan kalau ukurannya terlalu besar.
Orang banyak yang beranggapan kalau rahim sebagai tempat janin akan mengalirkan apa saja yang ibu hamil makan dan minum.
Itu sebabnya, mereka mengira minuman dingin yang masuk dalam perut Ibu hamil bisa membuat si Kecil kaget dan bisa memengaruhi perkembangan janin. Ada juga sebagian yang bilang kalau kebanyakan minum air es bisa membuat plasenta terlepas dan tidak tersambung dengan janin.
Editors' Pick
Fakta Minun Air Es bagi Ibu Hamil Tua
Apa yang tadi disebutkan di atas adalah mitos kehamilan. Kalau begitu seperti apa fakta tentang minum air es bagi ibu hamil?
Air es katanya bisa membuat janin mengembang, ini hanya mitos.
Faktanya, bukan air es yang membuat si Kecil jadi berukuran besar, melainkan susu kental manis, sirup, dan pemanis lainnya yang dilarutkan bersama air es yang menyumbang banyak pengaruh. Apa lagi kalau Mama sering mengonsumsinya.
Jadi, kalau Mama hanya meminum air mineral dingin atau air putih yang dicampur es maka itu tidak jadi masalah.
Membuat air es ditambah sirup bisa membuat berat dan kadar gula darah janin rentan meningkat. Ini bisa meningkatkan risiko obesitas ketika si Kecil lahir.