4 Kondisi Air Ketuban Tidak Normal Ini Sering Terjadi saat Hamil
Waspadai, kondisi air ketuban tidak normal yang terjadi selama masa kehamilan!
8 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Air ketuban menjadi salah satu yang memiliki peran penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Cairan ini seolah menjadi perisai yang mampu melindungi janin selama 9 bulan selama masa kehamilan. Fungsi lain dari air ketuban bisa membantu tulang, otot, sistem pencernaan dan paru-paru janin untuk dapat berkembang dan tumbuh dengan baik.
Namun, air ketuban bisa mengalami masalah tersendiri seiring berjalannya waktu. Bila kondisi air ketuban tidak normal, kesehatan dan keselamatan janin justru bisa terganggu.
Untuk Mama yang masih asing terhadap ketidaknormalan kondisi air ketuban. Kali ini Popmama.com sudah merangkumnya agar bisa memberikan pengetahuan baru mengenai air ketuban yang tidak normal.
1. Air ketuban terlalu banyak
Air ketuban yang berlebihan atau terlalu banyak bisa disebut juga dengan polihidramnion.
Banyak faktor yang memicu terjadinya polihidramnion. Saat kelebihan air ketuban, tak jarang akan ditandai dengan rahim ibu yang mengembang lebih cepat dari biasanya.
Perut ibu hamil juga akan semakin terasa tidak nyaman, sesak saat bernapas, nyeri punggung hingga mengalami pembengkakan pada kaki dan pergelangan tangan.
Saat mengetahui air ketuban berlebihan, ada baiknya terus dipantau secara rutin oleh dokter. Tujuannya agar terhindar dari segala kemungkinan komplikasi selama hamil.
Kasus kelebihan air ketuban selama masa kehamilan biasanya kerap terjadi karena kondisi tertentu. Berikut beberapa faktor risiko kondisi terjadinya air ketuban yang berlebihan, seperti:
- Adanya kelainan genetika.
- Sedang hamil anak kembar.
- Kondisi kromosom yang tidak normal.
- Memiliki penyakit diabetes gestasional.
- Plasenta mengalami masalah saat sedang berkembang.
- Penggunaan obat-obatan yang mengganggu kondisi kandungan.
- Mengalami infeksi selama hamil, seperti toksoplasma atau rubella.
- Sel darah bayi diserang sel darah sang Mama. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian darah antara Mama dan janin.
- Mengalami sindrom transfusi pada janin kembar. Salah satu janin akan menerima terlalu banyak darah dari plasenta. Maka dari itu, salah satu janin akan mengalami penumpukan cairan.
Dengan banyaknya kemungkinan kondisi kehamilan yang terjadi akibat kelebihan air ketuban, ada baiknya pemeriksaan kehamilan secara rutin dilakukan. Apalagi saat perut terasa mengencang disertai dengan sesak napas.
Untuk menghindari segala kemungkinan yang bisa terjadi. Tetap harus konsultasi ke dokter ya, Ma.
Editors' Pick
2. Air ketuban terlalu sedikit
Oligohidramnion atau kondisi air ketuban terlalu sedikit bisa terjadi saat menjalani masa-masa kehamilan.
Situasi air ketuban ini bisa terjadi karena terjadi penurunan cairan amnion yang mengelilingi janin di dalam rahim. Penurunan air ketuban yang semakin sedikit bisa dikarenakan ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan seperti dehidrasi akibat jarang minum, preeklamsia, diabetes, hipoksia hingga tekanan darah tinggi kronis.
Selain itu, dilansir dari American Pregnancy kasus air ketuban yang terlalu sedikit juga bisa dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti:
- Ibu hamil seringkali mengonsumsi obat-obatan tertentu.
- Usia kehamilan sudah melewati batas normal, sehingga menurunkan fungsi dan kinerja plasenta yang semakin membuat cairan ketuban rendah.
- Berkurangnya air ketuban di dalam kandungan bisa dikarenakan kebocoran atau dinding ketuban yang pecah, sehingga cairan ketuban banyak keluar dari rahim.
- Timbulnya masalah pada plasenta, sehingga berdampak buruk karena plasenta tidak dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup baik untuk janin dalam kandungan.
- Terjadi masalah terhadap perkembangan saluran kemih atau organ ginjal janin dalam kandungan, sehingga produksi air seninya menjadi lebih sedikit. Hal inilah yang membuat cairan ketuban menjadi semakin berkurang.
Air ketuban yang semakin sedikit menandakan kemungkinan terjadinya kegagalan plasenta atau gangguan terhadap perkembangan janin.