10 Rangkaian Pemeriksaan Antenatal Care selama Masa Kehamilan
Sudah tahu apa saja rangkaian pemeriksaan antenatal care belum nih, Ma?
1 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesehatan ibu hamil perlu dijaga dengan baik karena akan berpangaruh terhadap janin di dalam kandungannya. Bahkan ada pedomannya tersendiri untuk menjaga kesehatan selama masa kehamilan, sehingga ibu hamil membutuhkan program pelayanan kesehatan bernama antenatal care.
Perlu Mama ketahui bahwa ibu hamil disarankan agar melakukan kunjungan antenatal care secara berkala minimal empat kali.
Pertama sebelum usia kehamilan memasuki empat bulan, kemudian sekitar bulan keenam sebanyak dua kali pertemuan. Lalu usia kehamilan saat sudah memasuki bulan kedelapan dan kesembilan.
Yuk Ma, simak penjelasan Popmama.com berikut ini mengenai 10 pemeriksaan antenatal care di masa kehamilan.
Apa itu Antenatal Care?
Antenatal care adalah sebuah istilah kesehatan yang mengacu pada program pelayanan kesehatan ibu hamil, sehingga bisa ditangani oleh tenaga medis secara lebih profesional. Di Indonesia berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2009, antenatal care dikenal dengan rumus 10 T sebagai sebuah standar yang telah ditetapkan sebagai pedoman rumah sakit dan puskesmas setempat.
Antenatal care bertujuan sebagai pemeriksaan selama masa kehamilan dengan bantuan dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental serta fisik ibu hamil. Perlu diketahui juga bahwa antenatal care dapat memberikan manfaat positif untuk kesehatan ibu hamil, seperti:
- Meminimalisir atau menghindari risiko komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan atau persalinan.
- Membantu ibu hamil lebih mengoptimalkan masalah kesehatan mental serta fisiknya.
- Mempersiapkan seorang Mama untuk menjalani masa nifas dan pemberian ASI secara eksklusif.
Untuk Mama yang ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai 10T sebuah pemeriksaan dari antenatal care, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Disimak ya, Ma!
1. Catat hasil setiap kali melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Perlu diketahui bahwa menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan ibu hamil menjadi salah satu pemeriksaan yang dilakukan dalam pertemuan pertama saat antenatal. Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu hamil secara konsisten.
Dokter pun akan bertugas untuk mencatat hasil setiap kali Mama menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan selama masa kehamilan. Hasil pengukuran nantinya akan digunakan oleh dokter untuk menjadi sebuah acuan apabila terjadi masalah selama hamil seperti kehamilan dengan obesitas atau mengalami bengkak saat kehamilan kembar.
Sebagai bekal pengetahuan perlu diketahui bahwa seorang ibu hamil memiliki pertambahan berat badan sekitar 0,5 kg setiap bulannya di trimester pertama. Lalu, berat ibu hamil di trimester kedua dan ketiga bertambah lagi hingga 0,5 kg setiap minggunya.
Kemudian di akhir kehamilan, ibu hamil akan mengalami pertambahan berat badan sekitar 20 hingga 90 kg dari berat badan sebelum hamil. Kondisi pertambahan berat badan ini dianggap normal dan idealnya harus terjadi, sehingga bisa dinyatakan sehat serta berkembang sesuai tahapan.
2. Memeriksa tekanan darah secara rutin
Saat antenatal care berlangsung, maka dokter kandungan juga melakukan pemeriksaan tekanan darah atau tensi. Pemeriksaan ini termasuk wajib seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan sebelumnya.
Tekanan darah yang normal berada di angka 110/80 hingga 140/90 mmHg. Perlu diwaspadai ketika hasil tekanan darah menunjukkan angka lebih dari 140/90 mmHg karena ibu hamil lebih rentan berisiko mengalami gangguan kehamilan.
Beberapa dampak buruk akibat kondisi ini yaitu dapat menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Kedua permasalahan yang bisa terjadi selama masa kehamilan dapat mengancam kehamilan karena tekanan darah tinggi (hipertensi). Kalau kondisinya sudah begini, sebaiknya perlu rutin berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan solusi yang tepat.
3. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan
Menentukan usia kehamilan bisa dilakukan dengan memeriksa dan mengukur tinggi fundus uteri. Perlu diketahui bahwa tinggi puncak rahim dalam sentimeter akan disesuaikan dengan usia kehamilan.
Ukuran puncak rahim bisa dikatakan normal apabila sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri, namun ada toleransi perbedaan ukuran sekitar 1-2 cm. Bila saat pengukuran rahim diketahui terjadi perbedaan lebih kecil sekitar dua sentimeter dari usia kehamilan, maka ini bisa menjadi tanda bahwa ada kemungkinan pertumbuhan janin mengalami gangguan.
Editors' Pick
4. Melakukan skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT)
Kesehatan selama masa kehamilan memang perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan janin tetap sehat. Sebelum melakukan imunisasi tetanus toksoid, Mama perlu menjalani proses skrining untuk mengetahui dosis serta status imunisasi tetanus toksoid yang telah diperoleh sebelumnya.
Selain itu, Mama perlu mengetahui juga bahwa imunisasi tetanus toksoid akan semakin efektif ketika dilakukan minimal dua kali dengan jarak antar imunisasi berkisar empat minggu.
Vaksin TT (Tetanus Toksoid) dilakukan sebanyak lima kali dengan selang waktu yang berbeda-beda, seperti:
- TT1 : dilakukan pada saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada saat kehamilan).
- TT2 : dilakukan 4 minggu setelah TT1.
- TT3 : dilakukan 6 bulan setelah TT2.
- TT4 : dilakukan 1 tahun setelah TT3.
- TT5 : dilakukan 1 tahun setelah TT4.
5. Pemberian tablet zat besi untuk rutin dikonsumsi
Kebutuhan zat besi selama masa kehamilan memang diperlukan agar pertumbuhan dan perkembangan si Kecil bisa semakin optimal. Untuk itu, dokter pun akan memberikan resep berupa tablet zat besi agar bisa dikonsumsi setiap hari oleh ibu hamil.
Secara umum, zat besi yang diberikan oleh dokter biasanya berjumlah minimal 90 tablet dan maksimal dikonsumsi satu tablet saja setiap harinya selama hamil.
Walau harus dikonsumsi secara rutin, namun perlu diperhatikan untuk tidak mengonsumsi tablet zar besi bersamaan dengan kopi atau teh karena dapat menganggu penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Perlu berhati-hati agar tidak mengganggu kesehatan selama hamil ya, Ma.
6. Pengukuran status gizi untuk mencegah dampak buruk pada kelahiran bayi
Pengukuran status gizi selama masa kehamilan perlu dilakukan sejak ini agar dapat mendeteksi adanya kekurangan gizi. Untuk meminimalisir dampak buruk ke depannya, maka dokter akan melakukan pengukuran status gizi.
Pengukuran status gizi ini dapat mengurangi kemungkinan bayi terlahir dengan berat badan yang rendah dari angka normal. Cara pengukuran status gizi ini dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas serta jarak pangkal bahu ke ujung siku menggunakan alat bernama pita ukur.
Demi meningkatkan gizi selama masa kehamilan, sebaiknya tetap mengonsumsi berbagai asupan makanan dan minuman yang menyehatkan tubuh. Cari tahu juga informasi mengenai makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh ya, Ma.
7. Tes laboratorium dapat meminimalisir segala kemungkinan terhadap penyakit
Selama pemeriksaan antenatal, dokter umumnya akan mengambil sampel dari tubuh ibu hamil untuk keperluan tes laboratorium melalui tes rutin maupun khusus. Tes laboratorium ini tentu bermanfaat karena dapat mencangkup beberapa pemeriksaan seperti:
- Pemeriksaan golongan darah dan rhesus.
- Pemeriksaan kadar hemoglobin.
- Pemeriksaan dengan tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
- Pemeriksaan dengan tes rapid untuk malaria.
Berbagai pemeriksaan ini tentu dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil serta janin di dalam kandungan agar semakin terjaga.
8. Melakukan pemeriksaan terhadap presentasi janin dan denyut jantung janin
Pemeriksaan denyut jantung biasanya dapat terjadi saat usia kehamilan telah memasuki minggu ke-16. Pemeriksaan ini sangat penting karena bisa memberitahukan kondisi terkini dari si Kecil saat masih di dalam perut.
Beberapa manfaat yang bisa diketahui usai melakukan pemeriksaan ini yaitu dapat memantau, mendeteksi dan menghindari faktor risiko kematian prenatal saat hamil. Biasanya ini dapat terjadi karena disebabkan oleh gangguan pertumbuhan cacat bawaan, hipoksia hingga infeksi.
9. Tatalaksana kasus selama menjalani antenatal care
Ma, setiap ibu hamil itu berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai selama menjalani masa-masa kehamilan. Untuk itu, jika suatu ketika hasil tes menunjukkan ada berbagai risiko tinggi yang dapat terjadi pada janin di dalam kandungan, maka pihak rumah sakit akan merujuk untuk mendapatkan tatalaksana kasus, melalui fasilitas kesehatan yang selalu memberikan yang terbaik.
Semoga ini bisa terus memotivasi Mama selama menjalani masa-masa kehamilan hingga proses persalinan ke depannya.
10. Temu wicara selama antenatal care perlu digunakan dengan baik
Temu wicara atau konseling setiap kali mendapatkan kesempatan untuk kunjungan antenatal care perlu dilakukan dengan baik. Mama berhak berkonsultasi mengenai apa saja kepada dokter termasuk segala keluhan yang terjadi selama masa kehamilan.
Saat melakukan temu wicara, ibu hamil seringkali bertanya mengenai pencegahan komplikasi kehamilan, masalah kesehatan bahkan mengenai perencanaan persalinan yang diinginkan oleh ibu hamil agar tetap merasa nyaman.
Layanan temu wicara ini juga diperlukan untuk menyepakati rencana-rencana kelahiran, rujukan bila diperlukan, bimbingan pengasuhan bayi saat sudah terlahir dan pemakaian KB pasca persalinan.
Itulah 10 pemeriksaan antenatal care selama kehamilan yang penting untuk dilakukan oleh ibu hamil. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat hingga selesai menjalani kehamilan ini ya, Ma.
Baca juga:
- Ma, Ini Pentingnya Pemeriksaan Leopold di Akhir Masa Kehamilan
- 10 Gangguan Kesehatan yang Terjadi Selama Kehamilan Trimester Ketiga
- Begini Cara Bedakan Kontraksi Palsu dan Kontraksi Tanda Persalinan