Perbedaan Air Ketuban dan Keputihan, Jangan Sampai Salah!
Air ketuban dan keputihan dapat dibedakan dari tekstur dan warnanya
9 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Air ketuban merupakan cairan yang mengisi kantung ketuban selama kehamilan dan memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan janin. Air ketuban atau yang juga dikenal sebagai cairan amnion berfungsi untuk memberikan perlindungan dan mendukung perkembangan janin selama masa kehamilan.
Saat sedang hamil besar, keluarnya air ketuban bisa menjadi pertanda bahwa Mama akan segera melahirkan si Kecil. Dalam beberapa kasus, air ketuban bisa pecah sebelum waktunya yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur.
Ketika Mama merasa ada cairan yang keluar dari vagina, bisa juga sebenarnya cairan tersebut bukanlah air ketuban, melainkan keputihan. Terlebih lagi, saat hamil hormon estrogen mama akan meningkat sehingga menyebabkan tubuh lebih banyak memproduksi cairan vagina.
Nah, agar tidak keliru, berikut Popmama.com rangkumkan informasi terkait perbedaan air ketuban dan keputihan. Simak di bawah ini, yuk, Ma!
1. Ciri-ciri air ketuban
Air ketuban merupakan cairan yang mengandung nutrisi, hormon, antibodi, dan cairan lain yang berperan penting untuk melindungi dan mendukung perkembangan janin di dalam kandungan.
Dilansir dari Cleveland Clinic, air ketuban umumnya berwarna bening atau kuning pucat, memiliki tekstur cair dan tidak lengket, serta tidak berbau.
Namun, ada juga air ketuban yang berwarna cokelat atau hijau, yang menandakan bahwa janin telah mengeluarkan mekonium (kotoran pertamanya) di dalam rahim mama, atau yang disebut juga dengan aspirasi mekonium. Kondisi ini bisa berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi jika janin menghirupnya.
Sementara itu, jumlah air ketuban tergantung pada usia kehamilan. Kadar air ketuban akan mencapai jumlah maksimal pada usia kehamilan 34 hingga 36 minggu dengan jumlah sekitar kurang dari 1 liter cairan.
Air ketuban kemudian akan berkurang secara perlahan saat Mama memasuki hari perkiraan lahir.
Editors' Pick
2. Ciri-ciri keputihan saat hamil
Berbeda dengan air ketuban, keputihan biasanya memiliki tekstur seperti krim, berlendir, atau lengket. Sementara itu, warna keputihan bisa berbeda-beda, tergantung pada kondisi ibu hamil.
Keputihan yang normal umumnya berwarna putih seperti keju cottage atau bening seperti putih telur. Keputihan berwarna bening biasanya terjadi pada masa ovulasi atau saat sedang hamil.
Jika ibu hamil mengalami keputihan berwarna cokelat atau disertai darah biasanya diakibatkan oleh flek implantasi (pertanda kehamilan). Namun, flek ini juga dapat menjadi pertanda masalah pada kehamilan, termasuk keguguran.
Sementara itu, jika keputihan berwarna kuning atau hijau gelap yang disertai dengan tekstur kental, tebal, dan memiliki bau yang tidak sedap, maka itu bisa jadi tanda kondisi yang tidak normal, di mana terdapat adanya infeksi atau masalah lain pada kehamilan.
3. Lakukan tes keasaman dengan kertas lakmus
Selain memerhatikan ciri-cirinya, Mama juga bisa membedakan keputihan dan air ketuban menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus merupakan alat yang digunakan untuk menguji keasaman cairan yang keluar dari vagina.
Saat hamil, alangkah baiknya Mama memiliki kertas lakmus untuk memastikan apakah cairan yang keluar dari vagina adalah air ketuban. Mama bisa membeli kertas lakmus di apotek terdekat.
Cara menggunakannya adalah dengan menempelkan kertas tersebut pada cairan yang keluar dari vagina.
Jika cairan tersebut membuat kertas berubah menjadi warna biru, berarti cairan tersebut adalah air ketuban. Namun jika kertas tetap berwarna merah, berarti tidak ada zat asam dalam cairan tersebut sehingga bisa jadi itu merupakan keputihan atau air seni.
4. Apa yang dirasakan ibu hamil saat pecah ketuban?
Agar lebih jelas mengenai perbedaan keputihan dan pecah ketuban, Mama juga perlu mengetahui gejala yang biasanya dirasakan ibu hamil saat mengalami pecah ketuban.
Dilansir dari Medical News Today, pecah ketuban terasa seperti semburan cairan hangat yang keluar dari vagina seperti buang air kecil yang tidak bisa dikontrol. Jika itu merupakan air ketuban, maka kemungkinan besar alirannya akan keluar secara terus menerus.
Namun, ada juga sebagian ibu hamil yang merasakan pecah ketuban berupa tetesan cairan yang perlahan dan stabil. Tetesan tersebut akan terus menerus berlangsung selama sekitar 30 menit, kemudian diikuti dengan tetesan yang lebih banyak.
5. Apa yang harus dilakukan saat ketuban pecah?
Jika Mama menunjukkan tanda-tanda pecah ketuban, jangan dahulu panik dan segera hubungi dokter kandungan mama. Konsultasikan terkait apa yang Mama rasakan dan ciri-ciri air ketuban yang keluar dari vagina.
Memang tidak semua ibu hamil yang mengalami pecah ketuban menandakan akan segera melahirkan. Namun, sebagian besar ibu hamil langsung mengalami kontraksi setelah pecah ketuban sehingga perlu bersiap untuk melahirkan secepatnya.
Agar lebih nyaman, Mamajuga bisa menggunakan pembalut untuk menahan rembesan air ketuban yang tersisa.
Demikian informasi mengenai perbedaan air ketuban dan keputihan. Semoga informasi ini membantu, ya, Ma!
- Bahayakah Menunda ke RS saat Ketuban Sudah Pecah? Cek Faktanya!
- Cara Cepat Kontraksi setelah Air Ketuban Pecah
- Ciri-Ciri Keputihan Normal dan Abnormal saat Hamil