Apakah Film Siksa Kubur Cocok Ditonton Ibu Hamil? Ini Faktanya!
Ada beberapa adegan yang bisa memicu rasa tidak nyaman untuk ibu hamil
16 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Fenomena film Siksa Kubur terus dirasakan banyak penggemar film horor di seluruh Indonesia. Film hasil garapan Joko Anwar ini memang menarik dengan alur hingga premis cerita yang membuat penontonnya berdiskusi panjang.
Dengan rating film minimal 17 tahun, ada beberapa adegan gore seperti muncratan darah dan eksplorasi paranoia para pemainnya. Tentunya film ini ditujukan untuk para penonton dewasa, ya. Lantas bagaimana jika kita sedang hamil dan penasaran dengan film ini, apakah masih aman ditonton?
Sejatinya, film Siksa Kubur menyajikan beberapa adegan yang cukup menegangkan selama selama 117 menit penayangannya di layar bioskop. Sehingga bagi penonton yang memiliki ketakutan terhadap darah hingga ruang sempit mungkin akan sedikit tidak nyaman dengan film ini, apalagi bagi ibu hamil yang mungkin sedang mengalami gejolak hormon yang tidak menentu.
Berikut Popmama.com rangkum beberapa fakta untuk menjawab pertanyaan terkait "apakah film Siksa Kubur cocok untuk ditonton ibu hamil?" secara lebih detail.
1. Banyak adegan di film Siksa Kubur yang cukup mengerikan
Sudah disinggung sebelumnya kalau ada beberapa adegan di film Siksa Kubur yang cukup menegangkan dan mengerikan. Sehingga untuk beberapa orang mungkin akan men-trigger beberapa trauma.
Mulai dari tragedi bom bunuh diri, kucuran darah, berada di ruang sempit dan sesak serta gelap hingga fobia terhadap ular. Ada beberapa trigger lain seperti pelecehan seksual terhadap anak atau pedofilia juga yang digambarkan secara tersirat dalam film ini.
Editors' Pick
2. Perubahan hormon pada ibu hamil yang bisa menyebabkan rasa tidak nyaman
Perempuan yang tengah hamil mengalami perubahan hormon yang cukup signifikan. Salah satunya terkait perubahan hormon kortisol yang bisa muncul saat ibu hamil mengalami stres atau tertekan, baik oleh diri sendiri atau orang lain.
Ada dua jenis stres yaitu eustres (stres positif) dan distres (stres negatif). Tentu saja hormon ini muncul lebih banyak saat ibu hamil mengalami distres. Sejumlah penelitian menyebut bahwa level kortisol ibu hamil yang meningkat selama kehamilan dapat berhubungan dengan berat badan lahir bayi yang lebih rendah.
Selain itu juga terkait dengan periode kehamilan lebih singkat, alias resiko kelahiran prematur lebih besar.
Adanya perubahan hormon dalam tubuh ibu hamil memang dapat menjadikan kehamilan lebih sulit dijalani. Namun, perubahan hormon tersebut penting demi terjaganya si Kecil dalam kandungan. Terpenting ibu hamil menjaga vitalitas tubuh dan berpikir positif untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil.