Mirip, Ini 3 Perbedaan Air Ketuban dan Urine Wajib Diketahui
Masih banyak ibu hamil yang tidak dapat membedakan air ketuban dan urine
13 Juni 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu tanda waktu persalinan yang semakin dekat, yakni pecahnya ketuban. Hanya saja, beberapa ibu hamil tidak dapat membedakan antara air ketuban dan urine.
Ketika air ketuban keluar, beberapa ibu hamil mungkin mengira sedang mengompol. Padahal, ketika ketuban pecah, Mama harus segera mendapatkan pertolongan dari dokter agar tidak membahayakan bayi dalam kandungan.
Kondisi sebaliknya juga bisa terjadi yakni ketika Mama tidak sengaja mengompol, namun Mama mengira ketuban telah pecah. Lantas, bagaimana cara membedakan air ketuban dan urine?
Untuk memudahkan Mama, berikut penjelasan dari Popmama.com seputar air ketuban dan urine yang dirangkum secara detail.
Perbedaan Air Ketuban dan Urine Wajib Diketahui
Editors' Pick
1. Aliran air ketuban tidak dapat dikendalikan
Perbedaan pertama yang dapat diamati, yakni aliran air. Perlu diketahui bahwa aliran air ketuban dari vagina tidak dapat dikendalikan. Air ketuban akan terus keluar walaupun Mama berusaha untuk menahannya.
Sementara itu, aliran urine masih bisa dikendalikan. Mama bisa mengendalikannya kapan harus berhenti dan kapan harus dikeluarkan.
2. Warna
Warna air ketuban bisa berbeda-beda, mulai dari kuning jernih, kuning pucat hingga kehijauan. Air ketuban yang keluar dari vagina juga ditandai dengan adanya bintik merah seperti darah dan lendir saat keputihan. Air ketuban yang keluar pun terkadang mengandung butiran lemak yang telah bercampur dengan lanugo atau rambut halus janin.
Sedangkan urine berwarna kuning jernih hingga kuning gelap. Hal itu tergantung pada jumlah air putih yang Mama konsumsi dalam sehari. Urine yang keluar tidak akan disertai lendir seperti keputihan.
3. Aroma
Perbedaan selanjutnya yang bisa diamati, yakni aroma antara air ketuban dan urine. Air ketuban umumnya berbau pahit hingga manis. Namun, yang paling umum adalah beraroma seperti air kelapa muda.
Sedangkan urine berbau menyengat seperti gas amoniak. Walaupun memiliki warna berbeda tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke tubuh, aroma yang dihasilkan urine masih sama yakni beraroma menyengat.
Apa yang Harus Dilakukan saat Air Ketuban Pecah?
Dilansir dari Mayo Clinic, air ketuban adalah cairan yang mengelilingi dan melindungi bayi dalam kandungan. Ketuban akan pecah ketika kehamilan sudah memasuki usia trimester ketiga. Namun, cairan ketuban juga bisa pecah sebelum waktunya atau biasa disebut ketuban pecah dini.
Saat air ketuban keluar, Mama akan merasakan sensasi basah di area vagina. Saat itulah, Mama harus segera dibawa ke rumah sakit atau bidan. Dokter atau bidan akan memutuskan kapan waktu persalinan yang tepat setelah melakukan pemeriksaan seputar jumlah air ketuban yang keluar.
Pemeriksaan jumlah air ketuban dilakukan guna mendeteksi kemungkinan adanya masalah cairan ketuban.
Saat air ketuban mulai keluar, Mama juga dianjurkan tidak melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan infeksi pada vagina seperti berhubungan seksual. Infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri yang masuk ke area vagina.
Itulah beberapa perbedaan antara air ketuban dan urine. Saat kehamilan sudah memasuki trimester ketiga, Mama sebaiknya rutin memeriksakan diri ke dokter agar mengetahui kondisi kehamilan dan waktu persalinan.
Baca juga:
- Bisa Mengancam Nyawa, Waspadai Emboli Air Ketuban Saat Hamil Tua
- Cegah Yuk, Ma! Ini 5 Cara Supaya Air Ketuban Tidak Merembes
- 4 Kondisi Air Ketuban Tidak Normal Ini Sering Terjadi saat Hamil