Tradisi Mitoni: Ritual Tujuh Bulanan Anak Pertama dalam Adat Jawa
Tradisi ini dilakukan demi mendoakan keselamatan ibu hamil dan janin di dalam kandungan
10 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keberagaman budaya di Indonesia membuat setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing dalam merayakan kehadiran bayi di dalam kandungan.
Salah satunya seperti tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa. Budaya Jawa memang menanamkan pada masyarakat prinsip golek slamething dhiri (mengejar keselamatan dalam hidup dan keselamatan jiwa di akhirat), sehingga segala bentuk syukuran bertujuan untuk keselamatan diri, keluarga serta masyarakat.
Contohnya tradisi Mitoni, tradisi ini dilakukan demi mendoakan keselamatan ibu hamil melewati tujuh bulanan anak pertamanya.
Masyarakat Jawa percaya bayi berusia tujuh bulan di dalam kandungan memiliki jiwa yang keamanannya harus dirayakan. Apalagi anak pertama dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi keluarga dan saudara-saudara yang lain.
Seperti kata pepatah, begitu banyak tempat, begitu banyak adat, sehingga membuat Mitoni dipraktekkan berbeda-beda di setiap daerah yang berbeda.
Upacara di luar ruangan melambangkan kerendahan hati rakyat biasa dan ungkapan syukur mereka kepada Tuhan. Sedangkan, upacara di dalam ruangan hanya dikhususkan bagi keluarga kerajaan atau bangsawan.
Ingin tau informasi selengkapnya mengenai tradisi tujuh bulanan adat Jawa ini? Dilansir dari laman Javaans, berikut Popmama.com telah merangkum ulasannya.
1. Ritual kenduri
Diawali dengan ritual kenduri, yakni ritual berkumpul bersama kerabat atau tetangga untuk makan dan berdoa sesuai dengan kepercayaan.
Pemimpin ritual duduk bersila di atas alu kayu yang biasa digunakan untuk menumbuk padi. Hal ini melambangkan penghapusan kejahatan dan bencana yang akan datang.
Makanan yang disajikan berupa makanan tradisional, bahkan memiliki makna masing-masing. Puding beras merah putih melambangkan kekuatan fisik, lalu dua buah kelapa bergambar tokoh pasangan terkenal yakni Arjuna dan Sumbadra.
Tokoh pasangan ini mencerminkan harapan bagi orangtua akan penampilan serta sifat bayi yang akan lahir di masa mendatang. Jika laki-laki diharapkan dapat tampan dan sopan seperti Arjuna, lalu apabila perempuan maka akan cantik dan setia seperti Sumbadra.
2. Ritual sungkeman
Pada ritual ini, calon Mama harus menyapa orangtua dengan penuh pengabdian dan kesopanan. Dirinya harus memberi sungkeman atau ngabekti di depan orangtuanya.
Salam hormat dilakukan dengan cara telapak tangan rapat, ujung jari ke atas sementara kedua ibu jari menyentuh hidung. Orangtua duduk di kursi seperti raja dan ratu.
Kemudian calon Mama akan maju ke depan dengan berlutut untuk mencium lutut kanan kedua orangtuanya. Hidungnya sedikit menyentuh lutut kanan kedua orangtuanya, lalu kedua telapak tangan berada di atas lutut.
Saat melakukan ini, ibu hamil akan mengucapkan “Saya memberikan restu saya. Saya meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat dan saya meminta restunya,”