Emboli selama Kehamilan, Risiko dan Pencegahannya
Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini membahayakan janin dan ibu hamil
3 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, Mama mengalami banyak perubahan, termasuk daya tahan tubuh. Karena itu, ibu hamil selalu menjaga kesehatan agar tidak mengalami komplikasi kehamilan.
Salah satu komplikasi kehamilan yang membahayakan ibu hamil dan janin adalah emboli. Ini adalah penyumbatan arteri yang disebabkan oleh benda asing, seperti bekuan darah atau gelembung udara.
Dalam beberapa kasus, emboli dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.
Kali ini, Popmama.com akan membahas soal emboli selama kehamilan, risiko dan pencegahannya. Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan, ya, Ma.
Apa Itu Emboli?
Emboli adalah penyumbatan arteri yang disebabkan oleh benda asing, seperti bekuan darah atau gelembung udara.
Jaringan dan organ tubuh membutuhkan oksigen, yang diangkut ke seluruh tubuh dalam aliran darah.
Jika suplai darah ke organ utama – seperti otak, jantung atau paru-paru – tersumbat, organ tersebut akan kehilangan sebagian atau seluruh fungsinya.
Dua jenis emboli yang umum dialami oleh ibu hamil adalah emboli paru dan emboli air ketuban.
Editors' Pick
Emboli Paru
Salah satu komplikasi yang paling parah adalah emboli paru, suatu kondisi dimana bekuan darah menyumbat arteri di paru-paru.
Emboli paru (PE) biasanya terjadi selama atau segera setelah persalinan dan melahirkan. Kondisi ini dapat berakibat fatal bagi mama jika tidak segera diobati.
Ibu hamil dengan riwayat penggumpalan darah, varises, atau trombosis vena dalam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami emboli paru saat hamil.
Faktor risiko utama kedua untuk emboli paru adalah berat badan ibu, baik selama kehamilan maupun saat melahirkan. Ibu hamil dengan BMI lebih dari 30 memiliki peningkatan risiko emboli paru. Sedangkan yang memiliki BMI lebih dari 40 berada pada risiko yang lebih tinggi.
Selain itu, sindrom iritasi usus besar adalah faktor lainnya. Kehamilan kembar dan operasi caesar juga meningkatkan risiko, tetapi perencanaan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko ini.
Sulit untuk mendeteksi PE pada ibu hamil karena sistem peredaran darah banyak berubah selama kehamilan. Gejala yang paling umum dari emboli paru, seperti sesak napas, nyeri dada, dan kaki bengkak, juga merupakan gejala kehamilan umum.
Untuk mendiagnosa PE, dokter kandungan sangat bergantung pada riwayat pasien dan kesehatan umum untuk menilai apakah pasien memiliki dugaan emboli atau tidak.
Pencitraan diagnostik (CT, MRI, atau ultrasonografi), tes darah, atau tes lainnya kemudian dilakukan untuk mendeteksi dan memastikan adanya bekuan darah.
Penanganan dan Pencegahan Emboli Paru
Secara umum, ibu hamil dengan PE menerima heparin, sejenis pengencer darah, untuk membantu mengurangi kemampuan darah untuk menggumpal. Dalam situasi darurat, trombolitik diberikan untuk memecah gumpalan darah.
Semua ibu hamil dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan melindungi diri dari PE. Salah satu langkah paling penting adalah melahirkan di rumah sakit.
Rumah sakit adalah tempat teraman bagi ibu dan bayi jika terjadi keadaan darurat, termasuk PE. Selain itu, ibu hamil sebaiknya mencoba berolahraga dan berjalan kaki sesering mungkin untuk membantu mencegah terjadinya pembekuan darah.
Setelah melahirkan, ada baiknya bangun dari tempat tidur sesegera mungkin untuk meningkatkan sirkulasi yang baik. Bagi mama yang melahirkan melalui operasi caesar, ini sangat penting.
PE selama dan setelah kehamilan adalah kondisi yang berbahaa. Tetapi kabar baiknya adalah perawatan dini dapat membantu mencegah dan menangani pembekuan darah dan komplikasi terkait lainnya.
Emboli air ketuban
Emboli air ketuban adalah kondisi saat masuknya air ketuban ke jaringan pembuluh darah ibu hamil. Di situasi seperti ini bagian dari janin, seperti kulit terlepas dan masuk ke dalam jaringan pembuluh darah.
Air ketuban dan bagian dari janin lainnya yang masuk ke dalam pembuluh darah hingga menciptakan emboli mampu menghalangi sirkulasi.
Saat ini terjadi, secara tidak langsung dapat membuat kerusakan pada sistem peredaran darah, memicu reaksi menyerupai alergi, kegagalan jantung hingga menyebabkan kematian.
Emboli air ketuban tergolong sebagai kondisi yang bisa terjadi sewaktu-waktu, tanpa terduga dan sulit untuk dicegah.
Namun, ibu hamil masih bisa mengenal berbagai faktor pemicu yang mampu meningkatkan risiko terjadinya emboli air ketuban, seperti:
- mengalami preeklampsia,
- melahirkan dengan operasi caesar,
- ibu hamil mengalami gangguan plasenta,
- ibu hamil sudah berusia 35 tahun ke atas saat mendekati proses persalinan,
- persalinan terjadi melalui metode induksi agar lebih cepat untuk memicu persalinan,
- terjadi penumpukan jumlah air ketuban secara berlebihan selama masa kehamilan (polihidramnion).
Emboli air ketuban memiliki gejalanya seperti:
- terjadi sesak napas yang terjadi secara mendadak,
- mengalami kejang dan tak jarang merasa kedinginan,
- tekanan darah rendah yang terjadi secara mendadak.,
- terdapat cairan berlebih di dalam paru-paru atau edema paru,
- adanya masalah terhadap pembekuan darah yang mampu mengancam nyawa,
- ritme jantung mengalami gangguan, sehingga tak jarang mengalami gagal jantung.
Saat persalinan, emboli air ketuban dicirikan sebagai sebuah komplikasi langka saat terjadinya penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, kesadaran yang menurun dan mulai terjadinya pembekuan darah.
Penanganan dan Pencegahan Emboli Air Ketuban
Sayangnya, tidak ada cara untuk mencegah emboli cairan ketuban. Penyedia layanan kesehatan masih belum yakin mengapa emboli air ketuban terjadi dan penyebabnya.
Salah satu cara untuk mempersiapkan segala jenis keadaan darurat medis adalah dengan mengembangkan rencana bersama keluarga dan dokter. Tanyakan dokter tentang situasi darurat dan bagaimana tim medis menanganinya.
Emboli air ketuban adalah keadaan darurat. Perawatan untuk kondisi ini perlu dilakukan dengan sangat cepat untuk melindungi Mama dan janin. Beberapa metode yang mungkin digunakan untuk penanganannya, antara lain:
- persalinan segera,
- transfusi darah, plasma dan trombosit multipel,
- histerektomi untuk menghentikan pendarahan,
- steroid atau obat lain untuk membantu tekanan darah atau jantung,
- resusitasi jantung paru (CPR),
- oksigen dengan menggunakan tabung trakea atau ventilasi mekanis (bernapas dengan bantuan mesin),
- kateter paru atau kateter vena sentral.
Untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan, lakukan pemeriksaan kehamilan rutin, ya, Ma.
Itu penjelasan tentang emboli selama kehamilan, risiko dan penanganannya. Semoga kehamilannya selalu sehat, Ma!
Baca juga:
- 5 Fakta Mengenai Retensi Plasenta, Komplikasi Kehamilan Langka
- 9 Gejala Komplikasi Kehamilan yang Tidak Boleh Diabaikan
- Banyak Makan Bisa Mencegah Komplikasi Kehamilan, Mitos atau Fakta?