Jangan Khawatir, Ini yang Harus Dilakukan saat Mengalami Preeklampsia
Jangan sedih berlarut-larut dan tetap semangat ya, Ma!
28 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua ibu hami menginginkan kehamilan yang sehat, termasuk Mama. Sehingga ketika dokter mendiagnosis Mama mengidap preeklampsia, Mama pasti kaget dan khawatir.
Ini merupakan komplikasi kehamilan yang serius dan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Preeklampsia biasanya diklasifikasikan oleh tekanan darah, pembengkakan, dan peradangan yang terjadi saat hamil.
Jika Mama mendapat diagnosis ini, apa yang harus Mama lakukan selanjutnya? Ini tergantung dari seberapa parah preeklampsia yang Mama alami.
Berikut Popmama.com merangkum beberapa hal yang harus dilakukan setelah didiagnosis preeklampsia saat hamil.
Pastikan Mama menuruti semua saran dokter, ya!
Komplikasi Preeklampsia
Selain tekanan darah tinggi yang berbahaya dan kadar protein yang tinggi dalam urine, berikut beberapa risiko komplikasi preeklampsia yang mungkin terjadi:
- Berat lahir bayi rendah
- Abrupsi plasenta
- Tes fungsi hati yang tidak normal
- Kejang
- Persalinan prematur
- Gagal ginjal
- Hilangnya penglihatan sementara
- Hati pecah
- Kematian ibu atau janin (dalam kasus yang jarang terjadi)
Jika berisiko tinggi, satu-satunya jalan adalah melahirkan bayi, tetapi dokter akan membuat rencana perawatan yang memperhitungkan keselamatan mama dan janin. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan setelah didiagnosis preeklampsia:
Editors' Pick
1. Pemantauan kesehatan yang ketat
Tidak hanya tekanan darah yang terus dimonitor, tetapi Mama mungkin memerlukan tes yang lebih ketat terhadap urine dan darah. Dokter akan memeriksa kadar protein dalam urine dan melakukan tes untuk memberi gambaran yang lebih akurat tentang bagaimana preeklampsia memengaruhi ginjal, hati, dan organ tubuh lain.
Janin juga akan dimonitor dengan hati-hati, dengan tes non-stres (NST) dan USG yang lebih sering untuk mengukur kadar cairan, detak jantung, dan pernapasan.
2. Obat-obatan
Meskipun satu-satunya "obat" untuk preeklampsia adalah melahirkan bayi, komplikasi ini dapat ditangani dengan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Dalam banyak kasus, Mama juga harus terus mengonsumsinya setelah melahirkan. Tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh preeklampsia dapat bertahan hingga satu tahun pascakelahiran.
Setelah Mama melahirkan, dokter mungkin juga akan memberikan magnesium sulfat melalui infus, yang berfungsi sebagai pelemas otot polos untuk mencegah kejang.
Dan jika Mama melahirkan sebelum 37 minggu, dokter mungkin akan meresepkan steroid khusus untuk bayi guna membantu fungsi pernapasan, karena paru-parunya bisa jadi belum berkembang sepenuhnya.
3. Kemungkinan rawat inap dan induksi
Meskipun sebagian besar kasus preeklampsia terjadi setelah 37 minggu kehamilan, gangguan ini dapat terjadi paling cepat setelah 20 minggu, kata Lisa Valle, D.O., seorang dokter rumah sakit ob-gin di Pusat Kesehatan Saint John di Santa Monica, California.
Jika preeklampsia yang Mama alami cukup parah, Mama mungkin perlu dirawat di rumah sakit sehingga dokter dapat memantau kondisi mama dengan lebih hati-hati.
Semua kasus preeklampsia akan ditangani secara individual. Tetapi jika kondisi ini terjadi di awal kehamilan dan cukup parah hingga membahayakan nyawa, tim kesehatan akan mempertimbangkan apakah induksi bisa menjadi jalan terbaik.
"Rencana persalinan harus disusun secara strategis," kata Abdulla Al-Khan, M.D., direktur Divisi Maternal-Fetal Medicine & Surgery di Hackensack University Medical Center di New Jersey. Jika Mama berada di usia kehamilan 37 minggu, dokter mungkin akan melakukan persalinan, kata Dr. Al-Khan.
Jika kehamilan berusia di bawah 34 minggu, Mama mungkin akan diawasi dengan cermat setiap hari untuk mencegah terjadinya persalinan prematur.
4. Kehidupan setelah diagnosis preeklampsia
Jika Mama pernah mengalami preeklampsia, sebaiknya Mama memberitahu dokter yang selalu merawat Mama dan lakukan pemeriksaan rutin untuk memantau tekanan darah, kolesterol, dan gula darah.
Meski masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut apakah preeklampsia yang dialami saat hamil dapat memengaruhi kehidupan mama setelah melahirkan, melakukan pola hidup sehat perlu dilakukan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Beberapa usaha yang harus Mama lakukan adalah:
- Miliki berat badan yang sehat,
- berolahraga secara teratur,
- berhenti merokok,
- ikuti diet sehat yang telah terbukti secara klinis menurunkan tekanan darah.
Itulah informasi mengenai beberapa hal yang harus dilakukan setelah didiagnosis preeklampsia saat hamil. Selama Mama mendapatkan diagnosis yang cepat dan tepat serta mendapatkan penanganan segera, preeklampsia dapat diatasi. Jangan lupa untuk selalu melakukan kontrol kehamilan dengan rutin ya, Ma.
Baca juga:
- Waspada Komplikasi, Ini 6 Penyebab Mual saat Hamil Tua, Ma
- Jaga Pola Hidup Sehat, Ini 5 Cara Mencegah Preeklampsia saat Hamil
- Waspada, Ini Fakta dan Risiko Preeklampsia bagi Ibu Hamil dan Janin