Waspada, Ma, Stres Selama Kehamilan Memiliki Efek Buruk untuk Bayi
Stres selama kehamilan normal, Ma. Namun jika terus berlanjut, dapat berefek buruk bagi bayi
13 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stres yang terjadi selama kehamilan adalah normal, Ma. Biasanya, stres yang ringan tidak menimbulkan kekhawatiran. Namun ada juga beberapa stres yang berisiko bagi Mama dan bayi.
Stres adalah emosi normal dari kehidupan dan hal ini tidak selalu buruk. Mengkhawatirkan bayi dan kehamilan adalah tanda bahwa Mama ingin menjadi orangtua yang baik dengan memastikan semua yang terbaik untuk bayi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan stres pada ibu hamil seperti masalah finansial atau ketakutan akan proses persalinan. Ketahui apa penyebab stres yang dialami oleh Mama sehingga Mama dapat mengatasinya. Jadi, ketika tiba waktunya melahirkan, Mama pun dapat melahirkan dengan hati tenang.
Cari tahu informasi mengenai penyebab, efek stres bagi Mama dan bayi, serta cara mengatasinya pada ulasan Popmama.com berikut ini.
Penyebab Stres Selama Kehamilan
Beberapa penyebab umum terjadinya stres selama kehamilan antara lain:
- Takut akan keguguran
- Takut akan persalinan dan melahirkan
- Perubahan fisik yang tidak nyaman, seperti mual, kelelahan, perubahan suasana hati, dan sakit punggung
- Deadline pekerjaan sebelum cuti melahirkan
- Takut merawat bayi
- Tekanan finansial terkait dengan membesarkan anak
Masalah di tempat kerja atau konflik dengan Papa mungkin dapat meningkatkan detak jantung Mama. Tapi ini biasanya tidak menimbulkan kekhawatiran jangka panjang untuk bayi selama Mama dapat mengatasinya dengan segera.
Yang lebih memprihatinkan dalam kehamilan adalah tekanan psikis berkepanjangan yang tidak bisa Mama abaikan. Ini dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi seperti kelahiran prematur.
Kok bisa ya?
Ini terjadi karena tubuh menganggap Mama dalam mode “fight or flight”. Mama menghasilkan gelombang hormon stres yang pada akhirnya akan memengaruhi tingkat stres pada bayi.
Stresor serius yang paling mempengaruhi Mama dan bayi antara lain:
- Perubahan besar dalam hidup, seperti kematian dalam keluarga, perceraian, atau kehilangan pekerjaan atau rumah
- Kesulitan jangka panjang, seperti masalah keuangan, masalah kesehatan, pelecehan, atau depresi
- Bencana, termasuk angin topan, gempa bumi, atau peristiwa traumatis tak terduga lainnya
- Rasisme, kesulitan sehari-hari yang dihadapi dengan berada dalam kelompok minoritas
- Stres serius tentang kehamilan, seperti rasa takut yang lebih besar seputar persalinan, kesehatan bayi, dan merawat bayi
Sebagian besar Mama yang pernah mengalami bencana mungkin mengalami gangguan stres pasca-bencana (PTSD). Mereka memiliki risiko lebih besar untuk memiliki bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah. Jika Mama pernah mengalaminya, segera bicarakan dengan dokter atau terapis.
Editors' Pick
Efek stres bagi Mama dan bayi
Mama mungkin telah merasakan efek stres pada tubuh seperti sakit kepala, sulit tidur, atau makan berlebihan. Selain itu, stres yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek atau risiko lainnya, seperti:
- Preeklamsia
Penelitian menunjukkan bahwa jika Mama memiliki tekanan darah tinggi, maka Mama berisiko lebih besar terkena preeklamsia selama kehamilan.
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang memengaruhi tekanan darah dan organ serta dapat menyebabkan kelahiran bayi lebih dini.
Namun, stres yang dialami selama kehamilan dapat memperbesar risiko tersebut. Stres dan riwayat hipertensi merupakan perpaduan yang buruk bagi kesehatan Mama.
Penting untuk terus memantau tekanan darah Mama selama kehamilan.
- Keguguran
Sebuah studi mengaitkan stres pranatal dengan peningkatan risiko keguguran. Para peneliti menemukan bahwa wanita yang memiliki peristiwa traumatis atau paparan stres lainnya memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami keguguran.
Ulasan yang sama menemukan hubungan antara stres di tempat kerja dan keguguran. Mama sebaiknya melakukan penyesuaian dan bekerjasama dengan atasan.
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa penyedia layanan kesehatan cenderung mengabaikan risiko stres pada kehamilan. Mungkin untuk meyakinkan ibu hamil dan tidak menyebabkan stres yang semakin parah.
- Kelahiran prematur
Penelitian lainnya menghubungkan stres dengan kelahiran prematur sebelum kehamilan 37 minggu. Bayi prematur memiliki kemungkinan lebih besar mengalami keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Ketika dewasa, mereka lebih berisiko untuk memiliki masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Stres juga berkorelasi adalah berat lahir rendah.
Di sisi lain, banyak bayi prematur dilahirkan setiap hari dan sebagian besar memiliki kesehatan yang baik. Poin utamanya adalah menghindari penambahan faktor risiko, seperti stres pada kehamilan.
Efek Stres pada Bayi Setelah Lahir
Sayangnya, dalam beberapa kasus, efek dari stres pranatal muncul kemudian, kadang-kadang bertahun-tahun kemudian.
Satu studi menunjukkan bahwa anak yang terlahir dari ibu yang mengalami stres saat hamil, akan cenderung memiliki attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Sebuah studi tahun 2019 menunjukkan kemungkinan adanya kaitan dengan pengembangan depresi saat remaja.
Tentu saja, begitu bayi lahir, Mama mungkin akan menghadapi beberapa kejadian yang dapat membuat stres.
Jika Mama stres selama merawat bayi, cobalah mencuri-curi waktu untuk tidur dan mengonsumsi makanan sehat. Minta Papa untuk bekerja sama merawat bayi sehingga Mama dapat melakukan sesuatu untuk diri sendiri seperti berjalan-jalan, menulis jurnal, atau mengobrol dengan teman.
Mengatasi stres selama kehamilan
Jangan khawatir, Ma. Mama dapat meminta bantuan atau melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan Mama:
- Bicaralah dengan seseorang yang Mama percayai
Mama bisa bicara dengan pasangan, sahabat, dokter, terapis, atau sesama ibu hamil. Bergabunglah dengan grup ibu hamil. Di sini Mama dapat mengeluarkan unek-unek, meski Mama tidak selalu mendapatkan solusi, Mama akan merasa lebih lega karena sudah didengarkan.
- Minta bantuan
Mama selalu dapat meminta bantuan saat membutuhkannya. Kepada siapa saja? Ke teman, keluarga, tetangga, atau rekan kerja. Bisa saja sebenarnya mereka semua mau membantu Mama tapi tidak tahu harus memulai dari mana. Jika mereka bertanya atau menawarkan bantuan, terimalah tawaran mereka, Ma.
- Lakukan yoga, meditasi, mendengarkan musik
Tarik napas dalam-dalam dan fokus. Bayangkan kebahagiaan Mama ketika bayi lahir. Nikmati hal-hal kecil setiap hari. Luangkan waktu untuk melakukan yoga atau meditasi.Tulis jurnal mengenai segala hal yang membuat Mama khawatir. Mendengarkan musik selama 30 menit juga dapat menurunkan kadar kortisol atau hormon stres.
Ini semua adalah cara untuk memperlambat pikiran, sesuatu yang Mama butuhkan saat pikiran berpacu.
- Tetap sehat
Istirahat dan berolahraga. Tidurlah lebih awal dari biasanya atau tidur siang. Cobalah melakukan olahraga seperti berenang, berjalan, atau melakukan yoga prenatal.
Mama tentu mengalami ngidam selama kehamilan. Pastikan Mama mendapatkan makanan dengan gizi seimbang dan sehat. Hindari konsumsi terlalu banyak gula dan minum banyak air.
Mama tidak sendirian jika Mama merasa stres selama kehamilan. Ini merupakan hal yang sangat normal dan stresor yang dialami ibu hamil sehari-hari biasanya tidak berdampak pada kesehatan Mama atau bayi.
Yang harus diwaspadai adalah stres kronis. Ini tidak hanya memengaruhi kesehatan Mama tetapi juga dapat mempersulit persalinan dan perkembangan bayi.
Kabar baiknya adalah bahwa ada banyak cara agar Mama tidak stres. Luangkan sedikit waktu ekstra untuk perawatan diri tanpa perlu merasa bersalah. Menemukan aktivitas yang dapat membuat Mama lebih bahagia tentu akan membuat Mama terbebas dari stres. Hal tersebut pasti akan membuat Mama dan bayi lebih sehat.
Baca juga:
- Ternyata, Inilah 5 Fakta Sinusitis pada Ibu Hamil
- 5 Makanan Anti Inflamasi Ini Bisa Atasi Nyeri Selama Kehamilan
- Selain Stres, Ini Penyebab Keguguran pada Ibu Hamil